Sabtu, Desember 27, 2008

LUBANG RESAPAN BIOPORI

Pendahuluan

Banjir adalah fenomena alam yang terjadi sebagai akibat lebih banyaknya bagian air hujan yang jatuh di suatu area yang mengalir dipermukaan lahan. Bagian air hujan yang menjadi aliran permukaan ini akan berakumulasi sehingga dapat menyebabkan banjir di bagian hilir area tersebut.

Secara alamiah air hujan yang jatuh di suatu permukaan lahan akan terbagi menjadi (1) aliran permukaan dan (2) air infiltrasi (bagian air yang meresap kedalam tanah dan kelak menjadi cadangan air bawah tanah). Sifat permukaan lahan menjadi penentu utama rasio jumlah air hujan yang mengalir di permukaan lahan dan yang meresap kedalam tanah.

Pada kondisi alamiah, seperti daerah berhutan alami, sifat permukaan lahannya selalu terjaga akibat berbagai aktifitas organisme di permukaan lahan yang membuat lubang-lubang biori. Aktifitas organisme diatas memdapat dukungan pasokan energi berupa makanan yang berasal dari serasah (bahan organik) pepohonan yang jatuh dan sisa tanaman lainnya. Kondisi ini akan menyebabkan kemampuan permukaan lahan untuk meresapkan air sangat tinggi sehingga hampir semua air hujan yang jatuh diatasnya diresapkan kedalam tanah.

Dewasa ini manusia banyak melakukan perubahan pada sifat permukaan lahan, diantaranya dengan membangun lapisan kedap di atasnya berupa tapak bangunan (rumah, perkantoran, dan fasilitas umum), jalan dan pengerasan lain, sehingga bagian air hujan yang masuk kedalam tanah semakin banyak berkurang dan bagian air hujan yang menjadi aliran permukaan semakin meningkat. Perubahan porsi bagian hujan yang menjadi aliran permukaan ini menjadi pemicu utama terjadinya banjir.

Agar bagian air yang meresap kedalam tanah dapat ditingkatkan, terutama di area-area dimana pengerasan sudah dilakukan, perlu dilakukan kompensasi terhadap lapisan kedap tersebut dengan membuat resapan air buatan dengan menggunakan teknik lubang resapan biopori

Lubang Resapan Biopori.
Setiap bidang lahan secara alami mempunyai fungsi hidrologis yaitu meresapkan air hujan yang jatuh di permukaan lahan. Air hujan yang meresap kedalam tanah akan menjadi cadangan air di daerah perakaran tanaman (ditahan dalam pori mikro) dan kelebihannya akan bergerak ke bawah melalui pori makro mengisi cadangan air bawah tanah. Fungsi hidrologis ini secara alamiah dapat dipertahankan secara terus menerus karena adanya vegetasi yang tumbuh menutupi permukaan tanah serta aktivitas beraneka ragam biota yang hidup di dalam tanah.

Bagian atas (tajuk) tanaman dapat menahan sebagian air hujan melalui proses intersepsi. Tajuk tanaman dan serasah organik yang dihasilkan akan dapat melindungi permukaan tanah dari tumbukan langsung butir hujan, sehingga agregat dan pori tanah tidak rusak. Air yang sampai ke permukaan tanah dapat meresap ke dalam tanah melalui pori makro di antara agregat tanah dan terowongan-terowongan kecil yang dikenal dengan biopori (biopore). Akar tanaman dan fauna tanah (seperti cacing tanah, rayap, semut dan sebagainya) mampu menciptakan biopori berupa lubang silindris yang sangat efektif menyalurkan air dan udara ke dan di dalam tanah.

Dibandingkan dengan pori makro di antara agregat tanah, biopori bersifat lebih mantap karena diperkuat oleh senyawa organik, serta tidak mudah menutup karena proses pengembangan tanah akibat pembasahan. Karena dibentuk secara aktif oleh biota tanah maka jumlah biopori akan terus bertambah mengikuti perkembangan akar tanaman serta peningkatan populasi dan aktivitas fauna tanah.

Konversi penggunaan lahan menjadi pemukiman menyebabkan fungsi hidrologis tanah terganggu. Sebagian permukaan lahan menjadi kedap karena tertutup tapak bangunan, jalan, dan pengerasan lainnya Bagian lahan terbuka juga mengalami proses pemadatan, dan biopori berkurang karena berkurangnya tanaman dan fauna tanah sebagai pelaku pembuat biopori di dalam tanah. Hal ini mengakibatkan sebagian besar air hujan tidak lagi meresap ke dalam tanah dan bahkan dibuang melalui saluran drainase. Peningkatan jumlah air hujan yang mengalir di permukaan tanah karena berkurangnya laju peresapan air ke dalam tanah, akan menyebabkan banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau, serta berkurangnya cadangan air bawah tanah.

Teknologi konvensional yang telah diperkenalkan untuk peresapan air di kawasan pemukiman adalah pembuatan sumur resapan. Sayangnya dengan teknologi seperti ini tidak semua orang dapat menerapkannya. Sumur resapan memerlukan dimensi cukup besar, sebagian dindingnya perlu dibuat penguatan serta perlu diisi dengan pasir, kerikil, dan ijuk; hal ini dilakukan untuk menghindari longsornya dinding resapan. Bahan pengisi seperti itu tidak dapat digunakan oleh biota tanah sebagai sumber energi dalam penciptaan biopori. Oleh karena itu dalam kasus sumur resapan biopori boleh dikatakan tidak akan terbentuk.

Penyumbatan permukaan resapan oleh bahan-bahan halus yang terbawa air dan tersaring oleh ijuk sehingga menyumbat rongga diantara ijuk sangat beresiko terjadi, hal ini akan menyebabkan laju peresapan air menjadi berkurang. Pengumpulan volume air yang cukup besar dalam sumur resapan menyebabkan beban resapan relatif besar. Beban resapan adalah volume air yang masuk dalam lubang dibagi luas permukaan resapan (dinding dan dasar lubang). Beban resapan akan meningkat sejalan dengan peningkatan diameter lubang. Peningkatan beban resapan mengakibatkan penurunan laju peresapan air karena terlalu lebarnya zone jenuh air di sekeliling dinding lubang, apalagi bila sebagian permukaan resapan dikedapkan dengan penguat dinding.

Mengingat kebutuhan air yang terus meningkat dan sumber air utama berasal dari curah hujan, perlu diupayakan rekayasa teknologi peresapan air tepat guna yang dapat efektif meresapkan air hujan ke dalam tanah. Peresapan air hujan yang efektif akan dapat memelihara kelembaban tanah, dan menambah cadangan air bawah tanah (ground water). Dengan demikian akan dapat mencegah banjir dan keretakan tanah yang memicu terjadinya longsor; serta dapat mencegah penurunan permukaan tanah (subsidence) dan intrusi air laut karena kosongnya pori tanah akibat pemanenan air bawah tanah yang berlebihan.

Peresapan air ke dalam tanah dapat diperlancar oleh adanya biopori yang diciptakan oleh fauna tanah dan akar tanaman. Untuk menyediakan lingkungan yang kondusif bagi penciptaan biopori di dalam tanah perlu disediakan bahan organik yang cukup di dalam tanah. Untuk memudahkan pemasukan bahan organik ke dalam tanah perlu dibuat lubang silindris ke dalam tanah. Pembuatan lubang silindris akan menjadi simpanan depresi yang dapat menahan sementara aliran permukaan untuk memberi kesempatan meresap ke dalam tanah. Dinding lubang silindris menyediakan tambahan permukaan resapan air seluas dinding lubang yang dibuat. Bila lubang silindris diisi sampah organik, maka permukaan resapan tidak akan mengalami kerusakan atau penyumbatan karena dilindungi oleh sampah organik.

Kumpulan sampah organik yang tidak terlalu besar dalam lubang silindris akan menjadi habitat yang baik bagi fauna tanah terutama cacing tanah yang memerlukan perlindungan dari panas matahari dan kejaran pemangsanya, serta memperoleh makanan, kelembaban dan oksigen yang cukup. Untuk meminimalkan beban lingkungan oleh adanya pengumpulan volume air dan sampah organik di dalam lubang, maka dimensi lubang tidak boleh terlalu besar, atas beberapa pertimbangan teknis seperti:

(1) kemudahan pembuatan dan pemeliharaan lubang,
(2) pengurangan beban resapan,
(3) kemudahan penyebaran guna pengurangan beban lingkungan, dan
(4) kecukupan ketersediaan oksigen bagi fauna tanah;

Lubang resapan sebaiknya berdiameter 10 cm dengan kedalaman lubang 100 cm atau tidak melebihi kedalaman air permukaan air bawah tanah. Dengan diameter lubang resapan yang cukup kecil dan terjadinya peningkatan laju peresapan air karena adanya proses pembentukan biopori melalui permukaan resapan, maka teknologi peresapan air demikian diperkenalkan sebagai lubang resapan biopori (LRB)

Keunggulan dan Manfaat LRB
Air meresap ke dalam tanah melalui permukaan resapan. Permukaan resapan dapat diperluas dengan membuat lubang secara vertikal ke dalam tanah. Dengan adanya lubang ini maka permukaan resapan menjadi bertambah karena adanya dinding lubang yang akan dapat meresapkan air ke samping melalui permukaan dinding lubang tersebut. Pada kondisi tanah tertentu, perbandingan antara volume air yang harus meresap melalui permukaan resapan dapat menentukan besarnya laju resapan.

Secara fisik peningkatan volume air yang masuk melalui permukaan resapan akan menurunkan laju resapan karena meningkatnya beban resapan. Hal ini ditandai dengan lebarnya zone jenuh air di sekitar permukaan resapan yang mengakibatkan laju pergerakan air minimum. Keadaan jenuh air pada lubang yang terlalu lama tidak mendukung berkembangnya keanekaragaman hayati dalam tanah, terutama fauna tanah yang memerlukan oksigen, air, dan makanan yang cukup. Berkurangnya populasi dan aktivitas fauna tanah menyebabkan biopori di dalam tanah berkurang.

Kondisi ini terjadi pada teknologi peresapan air konvensional yang umumnya didesain untuk meresapkan air hujan dengan bidang tampungan yang relatif besar, seperti situ, kolam, dan sumur resapan. Dengan demikian teknologi peresapan air konvensional hanya mengandalkan proses fisik saja, karena proses biologis menjadi terhambat akibat kelebihan air, kekurangan oksigen dan bahan organik sebagai sumber energi dan unsur hara mereka.

Teknologi lubang resapan biopori (LRB), dikembangkan berdasarkan prinsip menjaga kesehatan ekosistem tanah untuk mendukung adanya keanekaragaman hayati dalam tanah oleh tersedianya cukup air, udara, dan sumber makanan (bahan organik). LRB dibuat dengan menggali lubang kecil ke dalam tanah (diameter 10 cm dalam <>
Fauna tanah akan masuk ke dalam LRB yang berisi sampah organik untuk berlindung dari ancaman pemangsanya. Mereka berkembang biak dan bekerja membuat biopori yang dapat memperlancar peresapan air dan oksigen dalam lubang melalui permukaan resapan yang diperluas oleh adanya dinding LRB. Sampah organik dikunyah, dimakan, dicampur-adukkan dengan mikroba yang secara sinergi dapat mempercepat terjadinya proses pengomposan. Dengan demikian LRB mempunyai kelebihan selain secara fisik dapat mengurangi beban resapan, secara biologis dapat memperbaiki laju peresapan air dan sekaligus dapat mempermudah pemanfaatan sampah organik untuk memperbaiki ekosistem tanah dan mengurangi resiko pencemaran tanah, air dan udara.


Manfaat ganda yang diharapkan dengan pembuatan LRB di kawasan pemukiman, antara lain:
1. Meningkatkan laju peresapan air ke dalam tanah.
2. Memudahkan pemanfaatan sampah organik untuk memperbaiki ekosistem tanah
3. Mengurangi emisi gas-gas rumah kaca (CO2 dan Metan).
4. Mengurangi perkembangan penyakit yang dipicu oleh adanya genangan air dan tumpukan sampah organik.

Air hujan merupakan sumber utama air bersih di kawasan pemukiman. Dengan meresapkan air hujan ke dalam tanah, air hujan yang hanya terdiri dari H2O akan melarutkan ion-ion menjadi air mineral yang dibutuhkan untuk kehidupan. Peresapan air hujan di kawasan pemukiman perlu diupayakan untuk menggantikan air tanah yang terus berkurang oleh perkolasi (pergerakan air bebas ke tempat yang lebih rendah), penguapan, transpirasi, dan diambil untuk berbagai keperluan. Pengurangan air dalam tanah yang terus menerus tanpa upaya penambahan kembali dalam waktu yang lama, akan menyebabkan pengurangan kelembaban tanah dalam pori mikro dan cadangan air bebas dalam pori makro.

Pengosongan pori mikro dapat menyebabkan keretakan tanah. Pengurangan cadangan air bebas dalam tanah akan menyebabkan berkurangnya gerakan air kapiler untuk mempertahankan kelembaban tanah, dan mengakibatkan pengurangan isi pori makro yang pada gilirannya dapat memicu terjadinya penurunan permukaan tanah (subsidence). Fenomena berkurangnya cadangan air bawah tanah yang nyata akibat bertambah luasnya kawasan pemukiman telah dirasakan melalui makin sulitnya memperoleh sumber air bersih pada musim kemarau, serta terjadinya penurunan permukaan tanah dan intrusi air asin yang makin jauh di kawasan pantai.

Peresapan air ke dalam tanah juga sangat penting untuk menghindari terjadinya aliran permukaan yang dapat mengangkut lapisan tanah yang subur, dan berbagai jenis limbah (cair maupun padatan) yang dapat mencemari lingkungan. Pengumpulan aliran permukaan yang meningkat dapat merusak saluran-saluran drainase alami maupun buatan, dan bila melebihi daya tampungnya akan meluap menjadi banjir yang meluas.

LRB dapat dibuat untuk meresapkan air ke dalam tanah dengan penambahan luas permukaan resapan vertikal, dan pembentukan biopori di dalam tanah. Dengan demikian tidak menyebabkan pengurangan permukaan lahan yang diperlukan untuk tapak bangunan dan prasarana lainnya di kawasan pemukiman. Dengan melibatkan terjadinya proses fisik dan biologis pada kondisi yang tidak menimbulkan peningkatan beban lingkungan, maka air yang meresap ke dalam LRB akan mengalami proses pengolahan menjadi sumber air bersih secara alami.

Setiap rumah tangga yang menghuni kawasan pemukiman akan menghasilkan sampah organik baik sampah dapur maupun sisa tanaman dari pot dan halaman/pekarangan. Sampah organik merupakan sumber makanan (energi dan unsur hara) yang sangat dibutuhkan oleh beraneka ragam biota tanah. LRB dapat mempermudah pemanfaatan sampah organik, dengan memasukkannya ke dalam tanah untuk menghidupi biota dalam tanah. Fauna tanah dapat memproses sampah tersebut dengan mengunyah (memperkecil ukuran) dan mencampurkan dengan mikroba tanah yang secara sinergi dapat mempercepat proses pengomposan secara alami.

Dengan sumber makanan yang cukup dari sampah organik sebagian fauna tanah seperti cacing tanah bekerja membentuk biopori dan menghasilkan kotoran cacing (casting). Laju peresapan air ke dalam tanah dapat memelihara kelembaban sampah organik dan tanah disekitar LRB, sehingga proses pengomposan terjadi secara aerobik (cukup oksigen). Campuran kompos, casting dan bahan tanah halus yang masuk dalam lubang dapat dipanen bersamaan dengan pemeliharaan LRB. Baik sampah organik yang dimasukkan dalam lubang maupun kompos dan casting yang dihasilkan dapat memperbaiki dan memelihara keaneka-ragaman hayati tanah yang penting untuk perbaikan ekosistem tanah di kawasan pemukiman.

Melalui proses pengomposan aerobik sebagian karbon (C) menjadi organ tubuh beraneka-ragam biota tanah, dan sebagian diubah menjadi humus. Penentuan Lokasi Pembuatan LRB Pemilihan lokasi untuk penempatan LRB boleh dikatakan merupakan kunci sukses dari model resapan ini. Lokasi harus dipilih di tempat yang sesuai, baik dari segi fisik, artistik, maupun keamanan. Segi Fisik Seperti diungkapkan sebelumnya LRB adalah lubang untuk meresapkan air, oleh karena itu sangat dianjurkan bahwa lokasi LRB seharusnya berada di tempat-tempat dimana air akan terkumpul pada saat hujan berlangsung. Lokasi seperti ini biasanya akan berupa cekungan atau berupa alur. Secara umum hal demikian akan terlihat pada saat hujan berlangsung, yaitu berupa daerah-daerah genangan.

Adanya daerah tergenang yang terbentuk pada saat hujan menunjukkan bahwa tempat tersebut merupakan cekungan tempat air berkumpul. Dengan demikian bila LRB dibuat di lokasi tersebut maka akan efektif Pada prakteknya LRB tidak harus dibuat di tempat-tempat dengan mengandalkan pada bentukan alam seperti di atas. Bila di lokasi yang akan diberi LRB tidak terdapat cekungan atau alur air, maka perlu dibuat. Prinsip dasar pembuatannya adalah mengarahkan air sedemikian rupa sehingga air akan mengalir ke LRB yang dibuat. Disain dari alur atau daerah tangkapan air ini sebaiknya disesuaikan dengan disain taman atau lansekap yang sudah ada.

Segi Artistik Lubang Resapan Biopori tidak hanya dibuat satu buah, tapi dibuat sebagai kompensasi terhadap pengerasan atau bidang kedap yang ada. Pengerasan atau bidang kedap ini bisa berupa tapak bangunan (rumah), halaman yang diperkeras, jalan beraspal atau bentuk-bentuk penutupan permukaan tanah lain yang menghalangi air (hujan) untuk masuk kedalam tanah Rata-rata untuk setiap 100 m2 bidang kedap atau pengerasan perlu dibuat hingga 30 buah LRB. Mengingat relatif banyaknya LRB yang harus dibuat maka konfigurasi penempatannya perlu disesuaikan dengan disain taman atau lansekap yang ada. Idealnya bahkan penempatan LRB ini sudah diintegrasikan pada rancangan awal disain taman yang bersangkutan.

Beberapa alternatif penempatan LRB diantaranya adalah pada:
1. Perubahan kontur taman
2. Tepi taman dengan bidang kedap
3. Di sekeliling pohon
4. Saluran pembuangan air (sehingga kelak berubah menjadi saluran peresapan air) P

Pembuatan LRB di taman rumah mempunyai manfaat ganda. Selain sebagai sarana peresap air, juga sebagai tempat “membuang” sampah organik asal taman rumah itu sendiri selain yang berasal dari limbah organik rumah tangga lainnya Sisa pangkasan tanaman, daun-daun yang gugur dan serasah yang terserak akan dapat langsung dibuang ke LRB yang ada disekitar taman. Selain dapat menjaga kebersihan taman sehingga tetap asri, secara tidak langsung juga merupakan sarana pengembalian unsur hara (pupuk) kedalam tanah yang bersangkutan sehingga kesuburan tanahnya akan senantiasa terjaga.

Segi Keamanan LRB berupa lubang-lubang menganga, meskipun hanya berdiameter 10 cm, dapat saja memicu kecelakaan berupa kaki terperosok. Oleh karena itu penempatan yang baik akan dapat menghindari kejadian seperti ini. Tidak dianjurkan menempatkan LRB di tempat lalu lalang orang, atau di tengah lapangan bermain anak-anak. LRB sebaiknya ditempatkan pada alur-alur yang sengaja dibuat sebagai pengumpul air antara sebelum masuk kedalam LRB. Dengan ditempatkan pada alur orang cenderung tidak akan mendatanginya, karena pada umumnya mereka tidak suka berjalan di alur. Peletakkan di sekitar tanaman di taman juga akan menghindari kaki terperosok, karena tempat-tempat seperti itu bukan merupakan tempat lalu lalang. Pembuatan LRB A.

Peralatan Yang Digunakan Pada dasarnya membuat LRB dapat dilakukan dengan peralatan apapun selama alat tersebut dapat menciptakan lubang dengan diameter 10 cm dan kedalaman hingga 100 cm. Bambu, linggis, potongan besi atau cangkul kecil dapat dijadikan alat untuk membuat lubang LRB. Meskipun demikian, untuk membuat lubang dengan diameter kecil tapi dalam sering menemui berbagai kendala. Oleh karena itu Tim Biopori IPB telah menyiapkan alat berupa bor tanah manual untuk membantu dan mempermudah pembuatan lubang LRB . Bor ini telah didisain agar mampu melakukan pekerjaan diatas dengan mudah. Seseorang dapat membuat lubang LRB dengan bor tersebut hanya dalam waktu 10 menit., bahkan seorang ibu rumah tanggapun dapat melakukannya dengan mudah B. Jumlah LRB Yang Diperlukan
Banyaknya lubang resapan yang perlu dibuat dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: Sebagai contoh untuk daerah dengan intensitas hujan 50 mm/jam (hujan lebat), dengan laju peresapan air perlubang 3 liter/menit (180 liter/jam) pada 100 m2 bidang kedap perlu dibuat sebanyak (50 x 100): 180 = 28 lubang. Bila lubang yang dibuat berdiameter 10 cm dan kedalaman 100 cm, maka setiap lubang dapat menampung 7,8 liter sampah organik.
Bila sampah organik rumah tangga rata-rata dihasilkan sebanyak 3 liter per hari, berarti tiap lubang dapat diisi sampah organik selama 2-3 hari. Dengan demikian, 28 lubang LRB baru dapat dipenuhi sampah organik yang dihasilkan selama 56 – 84 hari. Pada selang waktu ini sebagian dari lubang tersebut sudah mengalami dekomposisi secara alami, sehingga boleh dikatakan lubang-lubang tersebut pada prinsipnya tidak akan pernah penuh. C.

Pembuatan LRB
Pada tulisan ini hanya akan diterangkan cara pembuatan LRB dengan bor LRB. Cara lain dapat mengikuti petunjuk dari alat yang digunakan.

  1. Pembuatan LRB diawali dengan penetapan lokasi yang sesuai.
  2. Selanjutnya siapkan bor LRB berikut perlengkapan lainnya, seperti seember air berikut gayung, pisau atau sendok semen untuk membersihkan tanah dari bor, sedikit semen, pasir, dan sepotong PVC ukuran 3.5’ dan kantong plastik/kertas yang tidak terpakai. untuk mencetak penguat bibir LRB.
  3. Bila tanah yang akan dibor dalam kondisi kering maka basahi terlebih dahulu tanah tersebut dengan segayung air.
  4. Selanjutnya posisikan mata bor pada permukaan tanah tersebut.
  5. Tegakkan tangkai bor secara vertikal dan mulailah memutar stang bor searah jarum jam disertai dengan menekan bor tersebut kedalam tanah.
  6. Setelah bor masuk sedalam 20 cm atau setelah mata bor terlihat penuh dengan tanah, tarik keluar bor tersebut.
  7. Pada saat menarik ke atas, bor tetap diputar serah jarum jam. Jangan diputar berlawanan arah, karena dapat menyebabkan tanah terlepas dari mata bor dan jatuh kedalam tanah.
  8. Dengan menggunakan pisau atau sepotong kayu/bambu atau sendok semen, bersihkan mata bor sehingga terbebas dari tanah.
  9. Lanjutkan kembali pemboran. Setiap kali mata bor penuh terisi tanah, atau setiap kali bor menembus 20 cm, pemboran dihentikan dan mata bor dibersihkan.
  10. Begitu seterusnya hingga mencapai kedalaman yang diinginkan, yaitu 100 cm atau kurang bila permukaan air bawah tanahnya lebih dangkal dari 100 cm.
  11. ila tanah kering sehingga berat pada saat dibor, dianjurkan untuk menyiramnya dengan air terlebih dahulu.
  12. Setelah lubang LRB siap, segera lubang tersebut diisi dengan sampah organik. Sedapat mungkin hingga penuh. Bila sampah organik tersebut belum tersedia dalam jumlah memadai untuk memenuhi lubang, sampah sementara cukup disumpalkan saja di bagian teratas lubang sehingga tertutup.
  13. Untuk menjaga kestabilan lubang LRB, bibir lubang dapat diperkuat dengan adukan semen dan pasir. Caranya masukan potongan PVC kedalam LRB sedalam 5-10 cm. Bila perlu bagian atas lubang diperlebar terlebih dahulu sekitar 2-3 cm sebagai tempat bertambatnya adukan. Sebelum dimasukan pipa PVC bagian bawah dilapisi plastik atau kertas agar semen tidak melekat langsung pada pipa. Setelah pipa tepat diposisinya sisipkan adukan semen dan pasir disekiling pipa tersebut. Ratakan permukaannya sehinga sama rata dengan permukaan di sekitarnya. Kemudian biarkan hingga kering. Bila penguat bibir lubang sudah agak mengeras pipa PVC bisa dicabut dari tempatnya (Gambar) dan digunakan untuk mencetak penguat di lubang yang lain.


Pemeliharaan LRB

A. Penambahan Sampah Organik

Sampah organik berupa sampah dapur, sisa pangkasan tanaman atau daun yang berjatuhan merupakan bahan utama agar LRB berfungsi. Bahan-bahan ini secara rutin perlu ditambahkan ke dalam LRB. Penambahan diperlukan karena sampah yang sebelumnya dimasukkan ke dalam LRB akan mengalami pelapukan dan dikonsumsi oleh biota tanah, sehingga dengan bertambahnya waktu sampah organik di dalam LRB akan berkurang.


B. Memanen Kompos

Bahan organik yang dimasukkan kedalam LRB selain dikonsumsi biota tanah juga secara alami mengalami proses pelapukan/dekomposisi. Hasil akhir dari proses ini berupa kompos. Kompos yang dihasilkan secara periodik dapat dipanen. Pemanenan dapat dilakukan dengan menggunakan bor LRB, atau cara lain yang dianggap mudah. Meskipun demikian karena tujuan utama dari LRB adalah sebagai peresap air, maka pemanenan kompos sebaiknya dilakukan pada musim kemarau, di saat LRB tidak begitu aktif meresapkan air. Hal ini dilakukan agar tidak mengganggu aktifitas biota tanah di dalam LRB pada saat diperlukan.


Penutup

Dengan tersedianya teknik sederhana yang mudah dan murah seperti LRB seyogyanya tidak ada lagi alasan bagi warga masyarakat dimanapun untuk tidak membuat resapan air buatan di halaman rumahnya. Pembuatan resapan air buatan ini adalah sebagai kompensasi terhadap bidang kedap yang telah dibuat di permukaan lahan yang telah menghalangi kesempatan air hujan untuk masuk kedalam tanah dan menjadi cadangan air tanah.


Dengan manfaat ganda dari LRB sebagai tempat “pembuangan” sampah organik rumah tangga, diharapkan pada suatu saat nanti tidak akan ada lagi sampah organik yang keluar dari lingkungan rumah. Dengan demikian akan dapat mengurangi beban pada tempat pembuangan sampah antara atau akhir. Kompos yang dihasilkan dari LRB dan pilahan sampah anorganik dapat saja dijadikan sumber penghasilan tambahan bagi rumah tangga bersangkutan. Hal ini akan sangat tergantung pada keingingan dan kreatifitas masing-masing.

DRINK WATER ON EMPTY STOMACH

It is popular in Japan today to drink water immediately after waking up every morning. Furthermore, scientific tests have proven a its value. We publish below a description of use of water for readers.

For old and serious diseases as well as modern illnesses the water treatment had been found successful by a Japanese medical society as a 100% cure for the following diseases: Headache, body ache, heart system, arthritis, fast heart beat, epilepsy, excess fatness, bronchitis asthma, TB, meningitis, kidney and urine diseases, vomiting, ga str itis, diarrhea, piles, diabetes, constipation, all eye diseases, womb, cancer and men str ual disorders, ear nose and throat diseases.

METHOD OF TREATMENT
  1. As you wake up in the morning before brushing teeth, drink 4 x 160ml glasses of water .....interesting
  2. Brush and clean the mouth but do not eat or drink anything for 45 minutes
  3. After 45 minutes you may eat and drink as normal.
  4. After 15 minutes of breakfast, lunch and dinner do not eat or drink anything for 2 hours
  5. Those who are old or sick and are unable to drink 4 glasses of water at the beginning may commence by taking little water and gradually increase it to 4 glasses per day.
  6. The above method of treatment will cure diseases of the sick and others can enjoy a healthy life.

The following list gives the number of days of treatment required to cure/control/ reduce main diseases:
1. High Blood Pressure - 30 days
2. Ga str ic - 10 days
3. Diabetes - 30 days
4. Constipation - 10 days5. Cancer - 180 days
6. TB - 90 days
7. Arthritis patients should follow the above treatment only for 3 days in the 1st week, and from 2nd week onwards - daily.

This treatment method has no side effects, however at the commencement of treatment you may have to urinate a few times. It is better if we continue this and make this procedure as a routine work in our life.

Drink Water and Stay healthy and Active.This makes sense .. The Chinese and Japanese drink hot tea with their meals ..not cold water. Maybe it is time we adopt their drinking habit while eating!!!

Nothing to lose, everything to gain... For those who like to drink cold water, this article is applicable to you. It is nice to have a cup of cold drink after a meal. However, the cold water will solidify the oily stuff that you have just consumed . It will slow down the digestion.

Once this 'sludge' reacts with the acid, it will break down and be absorbed by the intestine faster than the solid food. It will line the intestine. Very soon, this will turn into fats and lead to cancer. It is best to drink hot soup or warm water after a meal.

A serious note about heart attacks: Women should know that not every heart attack symptom is going to be the left arm hurting. Be aware of intense pain in the jaw line.You may never have the first chest pain during the course of a heart attack. Nausea and intense sweating are also common symptoms.

60% of people who have a heart attack while they are asleep do not wake up. Pain in the jaw can wake you from a sound sleep. Let's be careful and be aware. The more we know, the better chance we could survive...

A cardiologist says if everyone who gets this sends it to everyone they know, you can be sure that we'll save at least one life.

HEALTH AND YOUR ATTENTION TO FITNESS

Health - Very Very Important Tips

Answer the phone by LEFT ear.
Do not drink coffee TWICE a day.
Do not take pills with COOL water.
Do not have HUGE meals after 5pm.
Reduce the amount of OILY food you consume.
Drink more WATER in the morning, less at night.
Keep your distance from hand phone CHARGERS.
Do not use headphones/earphone for LONG period of time.
Best sleeping time is from 10pm at night to 6am in the morning.
Do not lie down immediately after taking medicine before sleeping.
When battery is down to the LAST grid/bar, do not answer the phone as the radiation is 1000 times.

Here are some healthy tip for your smartness & physical fitness.
Prevention is better than cure.

HEALTHY JUICES
  • Carrot + Ginger + Apple -Boost and cleanse our system.
  • Apple + Cucumber + Celery - Prevent cancer, reduce cholesterol, and eliminate stomach upset and headache.
  • Tomato + Carrot + Apple-Improve skin complexion and eliminate bad breath.
  • Bitter gou rd + Apple + Milk - Avoid bad breath and reduce internal body heat.
  • Orange + Ginger + Cucumber - Improve Skin texture and moisture and reduce body heat.
  • Pineapple + Apple + Watermelon -To dispel excess salts, nourishes the bla dd er and kidney.
  • Apple + Cucumber + Kiwi -To improve skin complexion.
  • Pear & Banana - regulates sugar content.
  • Carrot + Apple + Pear + Mango -Clear body heat, counteracts toxicity, decreased blood pressure and fight oxidization.
  • Honeydew + Grape + Watermelon + Milk - Rich in vitamin C + Vitamin B2 that increase cell activity and str engthen body immunity.
  • Papaya + Pineapple + Milk -Rich in vitamin C, E, Iron. Improve skin complexion and metabolism.
  • Banana + Pineapple + Milk - Rich in vitamin with nutritious and prevent constipation

AYO WASPADAI CODE MAKANAN

Seluruh dunia kini nampaknya mengambil jarak dengan produk (terutama susu atau makanan) buatan China. Ditengarai adanya ulah (apakah dari produsen atau dari retailer atau pihak tertentu lainnya) yang tidak menampakkan atau tidak menunjukkan "Made In China" atau "Made In Taiwan" karena takut produknya gak dibeli.

Tapi dengan mudah kita bisa mengenali dari barcode-nya. Barcode dengan awalan 690, 691 atau 692 adalah made in China . Sedangkan barcode dengan awalan 471 adalah made in Taiwan.
Merupakan 'hak azasi manusia' untuk mengetahui hal ini, tetapi 'pendidikan masyarakat' tentang hal ini tidak dilakukan oleh pemerintah atau departemen terkait. Oleh karenanya kita harus menyelamatkan kita sendiri dan orang-orang yang kita sayangi.

00-13: USA & Canada 20-29: In-Store Functions 30-37: France
40-44: Germany 45: Japan (also 49) 46: Russian Federation
471: Taiwan 474: Estonia 475: Latvia
477: Lithuania 479: Sri Lanka 480: Philippines
482: Ukraine 484: Moldova 485: Armenia
486: Georgia 487: Kazakhstan 489: Hong Kong
49: Japan (JAN-13) 50: United Kingdom 520: Greece
528: Lebanon 529: Cyprus 531: Macedonia
535: Malta 539: Ireland 54: Belgium & Luxembourg
560: Portugal 569: Iceland 57: Denmark
590: Poland 594: Romania 599: Hungary
600 & 601: South Africa 609: Mauritius 611: Morocco
613: Algeria 619: Tunisia 622: Egypt
625: Jordan 626: Iran 64: Finland
690-692: China 70: Norway 729: Israel
73: Sweden 740: Guatemala 741: El Salvador
742: Honduras 743: Nicaragua 744: Costa Rica
746: Dominican Republic 750: Mexico 759: Venezuela
76: Switzerland 770: Colombia 773: Uruguay
775: Peru 777: Bolivia 779: Argentina
780: Chile 784: Paraguay 785: Peru
786: Ecuador 789: Brazil 80 - 83: Italy
84: Spain 850: Cuba 858: Slovakia
859: Czech Republic 860: Yugoslavia 869: Turkey
87: Netherlands 880: South Korea 885: Thailand
888: Singapore 890: India 893: Vietnam
899: Indonesia 90 & 91: Austria 93: Australia
94: New Zealand 955: Malaysia
977: International Standard Serial Number for Periodicals (ISSN)
978: International Standard Book Numbering (ISBN)
979: International Standard Music Number (ISMN)
980: Refund receipts
981 & 982: Common Currency Coupons
99: Coupons

Kayaknya yang paling menarik dibeli adalah produk dengan barcode berawalan 899 ... Secara, itu berarti adalah produk anak negeri, hasil keringat orang-orang kita sendiri. Otomatis, kita juga sudah membantu saudara-saudara setanah air kita untuk dapat terus hidup dan berkarya.. Jadi, secara ga langsung, selain mendapatkan apa yang dibutuhkan, juga sekaligus beramal Coy...
KARYA ANAK NEGERI TIDAK KALAH MUTUNYA DENGAN KARYA NEGERI ORANG..!!
CINTAI PRODUK DALAM NEGERI DEMI KEMAKMURAN RAKYAT INDONESIA..!!!

PLECING KANGKUNG

JANGAN JAJAN KANGKUNG SEMBARANGAN YA, KECUALI KALAU BATANGNYA DIBELAH .


Jika Anda penggemar kangkung, baik itu plecing kangkung, cah kangkung, petis kangkung, kangkung cos, dll yang b erka itan dengan kangkung, mungkin cerita ini dapat menjadi pertimbangan bagi Anda pada saat akan mengkonsumsi kangkung. Saya mendapat cerita ini dari seorang teman, tapi Saya lupa tempat persisnya di Negara mana, yang jelas antara Singapura / Malaysia .

Pada suatu hari di rumah sakit terkenal, semua dokter kebingungan hanya karena ada seorang anak kecil yang tampan menderita sakit perut. Anak itu dibawa ke rumah sakit oleh orang tuanya setelah 2 hari menderita diare. Sudah bermacam obat sakit perut yang diberikan kepada anak itu, namun diarenya tidak kunjung sembuh.

Di rumah sakit orang tua anak tersebut ditanya oleh dokter, makanan apa saja yang sudah dimakan oleh anak tersebut selama 2 hari ini. Orang tua anak itu kebingungan, karena sejak anaknya diare otomatis anak tersebut tidak mau makan, dia hanya minum susu, itu pun langsung dikeluarkan lagi.

Setelah usut punya usut, ternyata sebelum menderita diare, malamnya anak tersebut baru saja diajak makan kangkung cos di Restoran oleh orang tuanya. Dokter segera melakukan rontgen, ternyata diusus anak tersebut telah berkembang biak lintah dengan anaknya yang kecil-kecil. Dokter angkat tangan dan menyatakan tidak sanggup mengambil tindakan medis apapun.

Akhirnya anak kecil tampan yang m alan g itupun meninggal dunia. Usut punya usut, ternyata lintah itu sebelumnya bersemayam di dalam batang kangkung yang besar. Memang, untuk penggemar kangkung cos yang paling enak adalah batangnya, apa lagi jika dimasak oleh seorang ahli, maka kangkung cos rasanya akan menjadi renyah..

Lintah yang berada di dalam batang kangkung itu tidak akan mati walau dimasak selama apapun, apa lagi untuk kangkung cos proses memasak tidak terlalu lama untuk menghasilkan rasa kangkung yang enak. Lintah hanya akan mati jika dibakar. Di dalam usus anak tadi, lintah yang tadinya hanya 1 dalam 2 hari berkembang biak dengan cepatnya karena terus menerus menghisap darah yang ada, otomatis dokter juga kebingungan, bagaimana mematikan / membersihkan lintah yang telah sangat banyak tersebut dari dalam usus anak malang itu.

Jujur, sejak mendengar cerita itu, kesukaan saya akan kangkung menjadi berkurang, boleh dibilang sudah 1 bulan ini saya sama sekali tidak mengkonsumsi kangkung dalam bentuk apa pun, bukan karena menjadi paranoid, tapi bagi Saya lebih baik menjaga segala kemungkinan yang ada, toh tidak hanya kangkung yang dapat kita konsumsi, masih banyak sayur lain yang dapat kita makan dengan meminimalisir segala kemungkinan "lintah" yang terselip di dalamnya.

Kamis, Desember 11, 2008

Human Trafficking in Indonesia (and other parts of the world)

Frame work of the topic
• Definition
• Human trafficking: from an international to a local concern
• Theoretical understanding of why trafficking is practicing?
• Gender analysis for explaining the phenomena
• Defeating from village: a study case in Indonesia
• Law regulation on trafficking
• Conclusion: An integrated solution for overcoming trafficking
• A guideline for questioning

Definition
• Trafficking = to carry on traffic, especially illegal (in a commodity) – Webster’s College Dictionary (1996)

• Human trafficking = human as a commodity in an illegal trading

Characters of human commodity
According to Karl Marx (Essential writing,1967, pp 356):
• The shift from an owner of a commodity into being as a commodity
• The shift from at position to sell commodities to offer for sale as a commodity that very labor power, which exist only in his living self

Human Functional Capacities
(Martha C.Nussbaum: Woman and Human Development: 2000, p 78-80)
• Life: being able to live to the end of a human life of normal length etc
• Bodily health: being able to have good health etc
• Bodily integrity: being able to have one’s bodily boundaries treated as sovereign, i.e. being able to be secure against assault etc
• Senses, Imagination and Thought: being able to use the senses, to imagine, think and reason; to search for the ultimate meaning of life in one’s own way etc
• Emotions: being able to have attachments to things and people outside ourselves etc
• Practical reason: being able to form a conception of a good and to engage in critical reflection about the planning of one’s life etc
• Affiliation: being able to engage in various forms of social interaction etc
• Other species: being able to live in relation to the world of nature etc
• Play: being able to laugh, to play, to enjoy recreational activities etc
• Control over One’s environment (political and material): having a right of political participation and being able to hold property etc

Human trafficking : from an international to the local concern
• Slavery in the world history: since the ancient Egypt to the American civil right movement. Slavery is a social-economic system under which certain persons – slaves – are deprived of personal freedom and compelled to perform labor or services.
• Abolitionism in the world history: 1761, Portugal was the first country in Europe to abolish slavery; the Abolition of the Slave Trade Act was passed on March 25, 1807 in the United Kingdom.

Human trafficking is called sometimes as sex trafficking due to the majority of victims are women and children forcing to be prostitutes
• Human trafficking is not the same as people smuggling. A smuggler will facilitate illegal entry into a country for a free, but on arrival at their destination, the smuggled person is free;
• The trafficking victim is enslaved. Victims do not agree to be trafficked, they are tricked, lured by false promised, or forced into it.

Continuity
• Traffickers use coercive tactics including deception, fraud, intimidation, isolation, threat and use of physical force, debt bondage or even force-feeding with drugs of abuse to control their victims.
• The victims are undocumented and unrecorded
• Due to the illegal nature of trafficking, the exact extent is unknown.
• Persons forced into forced prostituted or other forms of sexual exploitation, forced labor or services, slavery or practices similar to slavery, servitude or the removal of organs. For children exploitation may include also, illicit international adoption, trafficking for early marriage, recruitment as child soldiers, for begging or for sports (such as child camel jockeys or football players)
• A US government report in 2003 estimated that 800,000 – 900,000 people worldwide are trafficked across borders each year
(http://en.wikipedia.org/wiki/slavery)

Continuity
• UN’s data: 30.000.000 women and children are the victims of trafficking and exploitation (Tempo interaktif, May 6, 2003). Among it, 2.000.000 are the sexual exploitation and trafficking (Unicef).
• Mary Robinson from UN Commissioner on Human Rights: In South East Asia every year there are 200.000 women to be the victims of trafficking (Nakertrans, August 2002).
• US State Department: 225.000 women and children are the victims of trafficking in South East Asia (Briefing kits of Unifem)
• National Women Commissioners in Indonesia (Komnas Perempuan): in 1999 there 1712 cases of trafficking reported to the police; 1390 cases filed to the national court; 1683 cases could be processed.
• Unicef data in 1998: there were 40.000 – 70.000 children who were trapped into child prostitutes

Continuity
• Local example: North Sulawesi’s cases
- 2003 : 500 teenagers found to be dancers in Japan
- 2004 : 75 children found at the pub in Kendari
- 2004 : teenagers found at the pub in Timika (Papua – mining area)
- 2005 : victims are found at the pub in the forest in Samarinda (logging area)

Conclusion
• Working definition of trafficking : an action that involves recruitment, evacuation , transferring, relocating at transit camp and receiving by the users, this action is carried out with using threats, violence, kidnapping, fraud, using an authority of power toward a submission position of women and children with a undocumented and unrecorded system in order to get payment and profit.

The cause of the human trafficking

Culture (Knowledge, norms and values)
people are very innocent, easy to be deceased; there is no awareness that trafficking is dangerous, no idea of how to report to the advocator for the human victims.

Social personality: broken home, divorce, single parent; violence towards women.
Consumerism style, parents make debts, modern stylist
Hidden practices, taboo but having a normal feeling, having a guilty,
having a contract marriage, lazy, wanting to be rich easy, getting easy to be persuasive, the power of advertisement.
Want to go to overseas, trying a new challenge
Coming form a low income family

Social structure:
No job available, no skill, no attention of the societal leaders, the traffickers are punished lightly, parents sick and lazy.


Gender analysis for explaining the phenomena

• Women are seen as a person who can easy be lied with different kind of promises; easy to manipulate a fragile woman, to abuse of power or of a position of vulnerability
• Traditional values tend to condemn women if something happen to her; domestic violence
• Women fail to consumerisms easily
• Women tend to like several type of work: babysitter, singer at entertainment V.S. the men types of working: construction and agriculture.
• No skill for women, low wages due to the less education; risk in working condition; no contract agreement between the employee and employer
• No information on the trafficking issue; in a particular society there is a tolerance towards a violence to women
• Psychologist, economic demand to increase the national growth and political environment support the trafficking; corruption to weaken the immigration policy

Continuity
• No opportunities to work at the local area
• Growing of urban development and a multinational investment
• Involving of the formal institute to support a trafficking: no political will from the bureaucrats to condemn the traffickers
• No access to the legal system to guarantee the protection, supervision, and remuneration “ganti rugi” to the victims
• The growth of sexual industry: an assumption that children are less affected from HIV/AIDS.


Defeating from village: a study case in Indonesia

• Culture:
increasing the access to the education to people in the villages; training for drop out students socialization of the danger of trafficking topic gender and global economic on trafficking is available in the local curriculum the respectful institution file a regulation for not allowing the local people to make debts from the strangers

Continuity
• Social personality:
be aware to the strangers
be pro active to report a weird process of
labor recruitment

Continuity
• Social structure: (target groups are society, government and stakeholders)
creating more productive business in the villages
creating a networking of anti trafficking: involving every segments from the society to advocate and to do the rehabilitation of the community life
religious institutions involve to work: promoting a poor family program, together with hospitals or NGO to open a shelter for rehabilitation
local community filing the local regulation on
anti trafficking, and quarantining the implementation of the regulation – formal punishment to the traffickers
local society initiates an intercity networks/ inter provinces/ inter countries to defeat the trafficking networks: understanding the place of transit for the victims to be trafficked
local government plans a local budget which is a budged pro society

Conclusion : an integrated solution for overcoming trafficking
• International law enforcement
• National law enforcement
• Local regulation (peraturan daerah)
• Simulation of the lowest government to fill in the letter of permission to work outside the local home
• Training policemen and judges on handling the trafficking cases to consider a gender awareness

Continuity
• Socialization of the national regulation to the receiver cities/countries;
• Empowerment the anti trafficking in the level of inter cities
• Empowerment of the anti trafficking in the level of inter countries
• Empowerment of the anti trafficking in the local community
• Empowerment of the anti trafficking in the level of families
• Empowerment of the target victims about trafficking


Law regulation on trafficking
• Beijing Platform for Action (1995)
• International Conference on Population and Development (1994)
• World Conference on Human Rights (1993, Vienna)
• United Nation (2000) on the transnational organizing crime
• National Regulation/ UU Number 4/84 on the Convention toward the elimination of all kind of discrimination to women; convention of protection toward children
• Presidential regulation number 88,December 30, 2002 about the elimination of trafficking among women and children
• Province regulation (ex. North Sulawesi Perda Number 1, 2004)

(Lapian and Geru: 2006)


Insertion:
Simulation for the local government to fill in the letter of working permission outside the home area
• Identity name and picture
• Marriage status/ single/ widow etc
• Address
• Name of province/country to work
• Kind of working
• The period of working
• Identity of the company (Name, address, telp, contact person etc)

Continuity
• Identity of the recruiter (Name, complete address and telp, the place and date of birth, work, the name of company and position, permanent and temporary address, the identity card, the letter of recommendation from the company
• The letter is included with the letter from parents, husband and other important recommendation

A guideline for questioning
• What are the cause of trafficking?
• How can it be defended?
• How can it be solved?
• What are the activities to be created for the rehabilitation process of the victimsWhy are the roles of religious leaders and others are very important?

LAND MEASUREMENT CONVERSION GUIDE

1 Acre = 43,560 square feet
1 Acre = 160 square rods
1 Acre = 1.1834 square arpents
1 Acre = 10 square chains1 Acre = 160 square rods
1 Acre = 160 perches
1 Acre = 160 poles
1 Acre = .4047 hectare
1 Acre = 4047 square meters
1 Acre = is about 208 3/4 feet square
1 Acre Square = 5645.376 square varas

Arpen measurements vary by locality:
1 Arpent (in LA, MS, AL, FL) = .84625 of an acre
1 Arpent Square (in LA, MS, AL, FL) = 191.994 feet or 2.909 chains on each side
1 Arpent (AR and MO) = .8507 of an acre
1 Arpent Square (AR and MO) = 192.5 feet or 2.91667 chains on each side
1 Caballeria (Texas-Spanish) = 108 acres
1 Centimeter = .3937 inches
1 Centimeter = .032808 feet
1 Chain = 66 feet
1 Chain = 4 rods
1 Chain = 4 perches
1 Chain = 4 poles
1 Chain = 100 links
1 Chain = 20.1168 meters
1 Foot = 12 inches
1 Foot = .36 varas
1 Furlong = 660 feet
1 Furlong = 40 rods
1 Foot = 0.3048006 meter
1 Hectare = 10,000 square meters
1 Hectare = 2.471 acres
1 Inch = .0254 meter
1 Kilometer = 3280.83 feet
1 Kilometer = .62 mile
1 Knot = 6080.2 feet
1 Labor (Texas-Spanish)= 1,000,000 square varas
1 Labor = 177.136 acres
1 League (Texas-Spanish) = 25,000,000 square varas
1 League = 4428.4 acres
1 Link = 7.92 inches
1 Link = .66 feet
1 Link = .2017 meter
1 Meter = 3.280833 feet
1 Meter = 39.37 inches
1 Meter Square = 10.764 square feet
1 Mile = 5,280 feet
1 Mile = 8 furlongs
1 Mile = 320 rods
1 Mile = 80 chains
1 Mile = 1.60935 kilometers
1 Mile = 320 perches
1 Mile = 320 poles
1 Mile = 8000 links
1 Mile = 1,609.2655 meters
1 Mile Square = a regular Section of land
1 Mile Square = 27,878,400 square feet
1 Mile Square = 640 acres
1 Mile Square = 259 hectares
1 Mile Square = 2.59 square hectares
1 Perch = 25 links
1 Perch = 1 pole
1 Perch = 1 rod
1 Perch = 16.5 feet
1 Pole = 16.5 feet
1 Pole = 1 perch
1 Pole = 1 Rod
1 Rod = 1 pole
1 Rod = 1 perch
1 Rod = 16.5 feet
1 Section = 1 mile long, by 1 mile wide
1 Section = 640 acres
1 Sitio (Texas-Spanish)= 1 league
1 Township = 6 miles long, by 6 miles wide
1 Township = 36 sections
1 Township = 36 square miles

Vara Measurements differ by locality:
1 Vara (Texas-Spanish) = 33 1/3 inches
1 Vara (Southern Colorado) 32.993 inches
1 Vara (Florida) 33.372 inches
1 Yard = 36 inches
1 Yard = 3 feet
1 Yard Square = 9 square feet

Kamis, Desember 04, 2008

INDONESIA EMMAUS YOUTH WORK CAMP

14 MARET 2007 (H – 2)

Kedatangan tamu dari India sebanyak 8 orang, terdiri dari 3 orang peserta camp (2 laki-laki dan 1 perempuan), dan 5 orang peserta Emmaus Asia Regional Council Meeting (4 laki-laki dan 1 perempuan).
1. Peserta IEYWC :
a. Mariya Selvaraj John Arulappan (L)
b. Munusamy Prabakaran (L)
c. Pauline Mary jancy Quintal (P)

2. Peserta Emmaus Asia Regional Council Meeting :
a. Oswald Quintal William Edward (L)
b. Kamalakannan Mayakichenane (L)
c. Savarimuthu Martine (L)
d. Prof. Shyam Sharma (L)
e. Seethapathy Kousalya (P)

Kedatangan tamu dari Swedia, Ms. Birgitta Goranson Illiste, peserta Emmaus Asia Regional Council Meeting



15 MARET 2007 (H – 1)
Kedatangan tamu dari Bangladesh sebanyak 2 orang laki-laki, terdiri dari 1 orang peserta camp dan 1 orang peserta Emmaus Asia Regional Council Meeting. Peserta IEYWC Deb Kumar Nath; Peserta Emmaus Asia Regional Council Meeting Mr. Raihan Ali

Kedatangan 2 orang translator Bahasa Perancis dan 2 orang translator Bahasa Inggris dari Yogyakarta, Translator Bahasa Perancis : Anas Syafaat (L) & Arum Chandra (P), Translator Bahasa Inggris : Yudi Yohanes (L), Euis Ningsih (P)


16 MARET 2007
Kedatangan peserta IEYWC dari Perancis sebanyak 10 orang, terdiri dari 8 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Yaitu :
- Achour Frederique (P)
- Christian Barbon (L)
- Omar Ben Ahoudja (L)
- Francoise Briant (P)
- Martial Chauvet (L)
- Louis-Frederic De Boussiers (L)
- Christian EZEQUE (L)
- Vullnet (Joanis) RRONJA (L)
- Didier GUILLAUME (L)
- Jean-Claude GERARD (L)

* Kedatangan peserta IEYWC dari Indonesia sebanyak 19 orang :
1. Erijan Saragi (L) 8. Juwanto (L)
2. Ayu Gita (P) 9. Sri Rahayu (P)
3. Fiyonna Ruga (P) 10.
4. Dedy Kristiyawan (L)
5. Rosida Widyasuti (P)
6. Endang Yuliana (P)
7. Elsa Widyanike Novitasari (L)
Eko Wilman A.M. (L)
Muhammad Sidik (L)
Rahman Ariwibowo (L)
Ahmad Subhan (L)
Nurul Mullifah (P)
Tati Mulyawati (P)
Juvianto Aparicio (L)
Agus Agung Prabowo (L)
Sains Pieter Surlia (L)

v Kedatangan tamu dari Lebanon sebanyak 3 orang, terdiri dari 1 orang peserta camp (perempuan), dan 2 orang peserta Emmaus Asia Regional Council Meeting (1 laki-laki dan 1 perempuan).

Peserta IEYWC :
a. Samar Chamoun

Peserta Emmaus Asia Regional Council Meeting :
a. Antoine Eid
b. Carine Husni


17 MARET 2007
Kegiatan IEYWC secara resmi dimulai pada hari ini, dengan susunan acara sebagai berikut :

Jam
Acara
10.00 – 12.00
Pembukaan IEYWC dihadiri oleh seluruh peserta IEYWC dan peserta Emmaus Asia Regional Council Meeting, yang seluruhnya berjumlah 57 orang, dan ditambah dengan tamu-tamu undangan.

Terdapat beberapa sambutan yang disampaikan oleh :
1. UKDW : Bpk. Drs. Kisworo, M.Sc.
2. Yayasan Penghibur : Bpk. Suprapto Ismudjito
3. Vice President of Emmaus International : Ms. Birgitta Goranson Illiste
4. Emmaus Asia : Mr. Oswald Quintal
5. Wakil Bupati Jepara : Bpk. Ah. Marzuqi
6. Perwakilan Gubernur : Bpk. Guno Saronto ( Bakorwil I )

Pemukulan gong dan penandatanganan prasasti oleh Bpk. Ir. Haryono Kusumo, MM sebagai tanda peresmian pembukaan IEYWC, dan penyerahan bibit secara simbolis kepada peserta, diwakili oleh Ms. Natalia Machado Alejandro dari Uruguay.
12.00 – 14.00
Istirahat dan makan siang
14.00 – 15.30
Seminar oleh Bpk. Ir. Sadhardjo Siswamartana, dengan judul : Forest Management : Conservation in Perum Perhutani Forest Environment
15.30 – 16.00
Coffee break
16.00 – 17.30
Seminar oleh Bpk. Omar Halim, dengan judul Water Management
17.30 – 20.00
Istirahat, mandi, dan makan malam
20.00 – 21.30
Welcome Party
Perkenalan antar peserta, di bagi pernegara, diselingi dengan tarian dan nyanyian dari negara masing-masing.
21.30
Istirahat







18 MARET 2007
Kegiatan IEYWC berlangsung dengan susunan acara sebagai berikut :

Jam
Acara
07.00 – 08.00
Sarapan pagi dan pengumuman-pengumuman
08.00 – 15.30
Field Observation di Perhutani :
Peninjauan ke lahan Perhutani. Disambut dengan makanan kecil khas pedesaan, dilanjutkan dengan peninjauan sekaligus pemberian informasi tentang tanam-tanaman yang ada disana, dan diakhiri dengan makan siang.
15.30 – 16.00
Coffee break
16.00 – 20.00
Istirahat, mandi, dan makan malam
20.00 – 21.30
Pembagian Kelompok
Peserta di bagi menjadi 4 kelompok. Nama kelompok di ambil dari nama binatang, dan nama masing-masing peserta ditambah dengan nama tumbuhan. Nama dan anggota kelompok tersebut antara lain :

1. Horse
a. Erijan = Rafflesia g. Eko = Mahoni
b. Yudi = Ginseng h. Juviano = Alvace
c. Kumar = Kathal i. Adi = Padi
d. Elsa = Tulip j. Joanis = Chene
e. Ida = Mawar k. Tati = Singkong
f. Martial = Freme

2. Tiger
a. Didier = Oeillet g. Rilif = Chilly
b. Frederique = Olivier h. Jancy = Tulacy
c. Anas = Ananas i. Juwanto = Jati
d. Yayuk = Tomatoes j. Arum = Orchid
e. Natalia = Jasmine k. Francoise = Lily
f. Tegar = Rose l. Omar = Cactus

3. Ant
a. Adhis = Tea g. Peter = Bamboo
b. Christian = Cactus h. Iwan = Kelapa
c. Dedy = Rose i. Nurul = Jasmine
d. Bowo = Mango j. Humberto = Kunir
e. Sidik = Adenium k. Frederic = Teak
f. Ayu = Pinus

4. Cow
a. Ahmad = Coconut g. John = Jasmine
b. Fiyonna = Lotus h. Prabu = Sun Flower
c. Agus = Jambu i. Jean = Rose
d. Arja = Lilley j. Christian = Chene
e. Puji = Adelia k. Endang = Flamboyan
f. Samar = Cegar of God

Masing-masing kelompok berlatih untuk acara Culture Night hari berikutnya.

21.30
Istirahat


19 MARET 2007
Kegiatan IEYWC berlangsung dengan susunan acara sebagai berikut :

Jam
Acara
07.00 – 08.00
Sarapan pagi dan pengumuman-pengumuman
08.00 – 15.30
Training : Tree Planting Technique, oleh : Romo Y. Wartaya Winangun, M.Hum

Jam
Acara
10.00 – 12.00
Field Work 1.
a. Kelompok Horse mengerjakan trees planting ditempat Bpk. Mukri dengan koordinator Ari.
b. Kelompok Tiger mengerjakan trees planting ditempat Bpk. Sapat dengan koordinator Ms. Anna-Liisa Jaanu Ismudjito.
c. Kelompok Ant mengerjakan trees planting ditempat Bpk. Warno dengan koordinator Bpk. Kasmudi.
d. Kelompok Cow mengerjakan erosion control dengan koordinator Daniel.

12.00 – 13.30
Makan siang dan istirahat
13.30 – 15.30
- Seminar oleh Mr. Oswald Quintal, dengan judul Debtiness & Ethical Finance.
- Kedatangan 2 peserta dari Afrika, Mr. Jean Ntibabaza Busogi dari Kongo dan Mr. François d’Assise Tokpo dari Benin.
15.30 – 17.30
Group Discussion : Country Review : Loan
17.30 – 20.00
Istirahat, mandi, dan makan malam
20.00 – 22.00
Culture Night : masing-masing kelompok menunjukkan performance, dan dinilai. Yang terbaik akan mendapatkan mahkota dedaunan. Yang menjadi juri, antara lain : Mr. Oswald Quintal, Ms. Marjatta, Ms. Sri Nissi, Mr. Kamalakannan.
Kriteria penilaian : Kreatifitas, nilai artistik, keunikan, dan kerjasama kelompok.
Pemenang Lomba : 1. Ant dengan skor 35; 2. Cow dengan skor 30; Tiger dengan skor 25; dan 4. Horse dengan skor 22.
22.00
Istirahat


20 MARET 2007
Kegiatan IEYWC berlangsung, dengan susunan acara sebagai berikut :

Jam
Acara
07.00 – 08.00
Sarapan pagi dan pengumuman-pengumuman
08.00 – 10.15
Field Work 2 (melanjutkan field work 1 yang belum selesai.
10.15 – 10.30.
Coffee break
10.30 – 12.00
Field work 2
Peserta berpindah tempat :
a. Kelompok Horse mengerjakan erosion control
b. Kelompok Tiger menanam bibit di tempat Bpk. Kasnawi
c. Kelompok Ant menanam bibit di tempat Bpk. Ngarip
d. Kelompok Cow menanam bibit di tempat Ibu Parni
12.00 – 13.30
Makan siang dan istirahat
13.30 – 16.00
Field Observasion : Poverty in the village di Dukuh Guwo.
Pada observasi ini, peserta berdiskusi dengan warga menganai pekerjaan, pendapatan, dan kesejahteraan masyarakat, dan kemudian peserta bercerita tentang pekerjaan dan keadaan di negaranya masing-masing.
16.00 – 17.00
Coffee break & mandi
17.00 – 19.00
Group Discussion : Why are the village and villagers poor and Alternative & Strategy to increase family income.
19.00 – 20.00
Istirahat & makan malam
20.00 – 21.30
Free night. Pada acara ini diberikan desempatan kepada peserta untuk lebih saling mengenal dan membahas seminal-seminar dan hasil wawancara dengan warga Dukuh Guwo.
21.30
Istirahat


21 MARET 2007
Kegiatan IEYWC berlangsung, dengan susunan acara sebagai berikut :

Jam
Acara
07.00 – 08.00
Sarapan pagi dan pengumuman-pengumuman
Jam
Acara
08.00 – 10.15
Field Work 2 (Semua kelompok melakukan penanaman bibit.).
a. Kelompok Horse mengerjakan Bpk. Kasnawi
b. Kelompok Tiger menanam bibit di tempat Bpk. Radi
c. Kelompok Ant menanam bibit di tempat Bpk. Ngasiman
d. Kelompok Cow menanam bibit di tempat Bpk. Gayuen
10.15 – 10.30.
Coffee break
10.30 – 12.00
Field work 2 (melanjutkan penanaman pohon)

12.00 – 13.30
Makan siang dan istirahat
13.30 – 15.00
Seminar Pdt. Robert Setio, Ph.D dengan judul :
Rich & Poor : faith or man-made?
15.00 – 15.30
Coffee break
15.30 – 17.00
Group Discussion : Is Poverty Faith or Man-made?
17.00 – 17.30
Istirahat dan mandi
17.30 – 18.00
Pergi ke Mlonggo
18.00 – 19.00
Makan malam di rumah Ibu Gunawan
19.00 – 21.00
Acara bebas. Pada acara ini ada yang memanfaatkan untuk melihat-lihat pasar malam, dan ada juga yang menggunakan untuk istirahat.
21.30
Istirahat

22 MARET 2007
Kegiatan IEYWC berlangsung, dengan susunan acara sebagai berikut :

Jam
Acara
03.00 – 09.00
Perjalanan ke Borobudur
09.00 – 11.00
Mengunjungi Candi Borobudur dengan diantar oleh guide untuk bahasa Inggris dan Bahasa Perancis, yang memberikan penjelasan tentang Candi Borobudur (sejarah, relief, dll)
11.00 – 12.00
Perjalanan ke Keraton Jogjakarta Hadiningrat
12.00 – 13.30
Mengunjungi Keraton Jogjakarta Hadiningrat, dengan diantar oleh guide, yang menjelaskan tentang sejarah dan piranti yang ada di Keraton Jogjakarta.
13.30 – 14.00
Makan siang
14.00 – 16.00
Mengunjungi Pusat kerajinan Batik di dekat Keraton. Ditempat ini peserta camp dapat melihat proses pembuatan batik, baik batik tulis maupun batik cetak. Selain itu peserta juga ada yang membeli batik sebagai oleh-oleh.
16.00 – 18.30
Berkeliling dan berbelanja di Malioboro. Di tempat ini peserta camp ada yang berbelanja untuk oleh-oleh, ada juga yang hanya sekedar berjalan-jalan dan melihat keramaian kota Jogjakarta.
18.30 – 20.00
Makan malam dan ramah tamah di UKDW.
20.00 – 21.00
Perjalanan ke GHCC UKDW
21.00
Istirahat di GHCC UKDW

23 MARET 2007
Kegiatan IEYWC berlangsung, dengan susunan acara sebagai berikut :

Jam
Acara
06.30 – 07.00
Sarapan pagi dan pengumuman-pengumuman
07.00 – 08.00
Perjalanan ke UKDW. Pada perjalanan ini dikumpulkan sumbangan sukarela untuk korban gempa di Bantul, dan terkumpul Rp. 600.000,- dan 20 Euro.
08.00 – 10.00
Kunjungan ke UKDW. Pada acara ini di tayangkan video perkenalan tentang UKDW, Jogjakarta, dan juga tentang gempa yang menimpa Jogja dan Bantul; sambutan dari Rektor UKDW, dan sambutan dari Mr. Oswald Quintal, sebagai perwakilan Emmaus International dan Yayasan Penghibur.
10.00 – 12.00
Kunjungan ke lokasi gempa di Bantul. Di tempat ini peserta camp bertanya jawab dengan perwakilan korban gempa dan juga mengadakan kunjungan lapangan ke rumah-rumah korban gempa.
12.00 – 15.30
Makan siang dan perjalanan ke KPTT Salatiga
15.30 – 18.00
Kunjungan ke KPTT Salatiga. Di tempat ini, peserta camp bertanya jawab dengan Romo Wartaya dan juga mengadakan berkeliling kompleks KPTT. Ada juga beberapa peserta yang membeli bibit tanaman dari KPTT.
Jam
Acara
18.00 – 19.00
Makan malam
19.00 – 23.30
Kembali ke lokasi camp
20.30
Istirahat

24 MARET 2007
Kegiatan IEYWC berlangsung, dengan susunan acara sebagai berikut :

Jam
Acara
07.00 – 08.00
Sarapan pagi dan pengumuman-pengumuman
08.00 – 12.00
Acara bebas. Acara ini dimanfaatkan peserta untuk mencuci pakaian, dan juga ada yang mempersiapkan penampilan kelompok untuk penampilan pada Culture Night.
12.00 – 13.30
Makan siang dan istirahat
13.30 – 15.30
Seminar oleh Bpk. Drs. Purnawan Hardiyanto, dengan judul : Unemployment & Human Migration.
15.30 – 16.00
Coffee Break
16.00 – 18.00
Group Discussion : Country Review : Unemployment & Human Mugration
18.00 – 20.00
Istirahat, mandi, dan makan malam.
20.00 – 22.30
Culture Night :
Selain penampilan kelompok, juga ada penampilan tari-tarian dan nyanyian dari anak-anak PA. Tresno Ing Siwi
22.30
Istirahat

25 MARET 2007
Kegiatan IEYWC berlangsung, dengan susunan acara sebagai berikut :

Jam
Acara
07.00 – 08.00
Sarapan pagi. Setelah sarapan peserta dari Perancis pergi ke cantor Yayasan Penghibur, untuk mengadakan meeting dengan pengurus YP.
08.00 – 10.00
Kunjungan ke Museum Kartini. Di tempat ini peserta camp dapat melihat peninggalan-peninggalan RA. Kartini dan juga benda-benda bersejarah yang ada di Kab. Jepara, dengan diantar oleh seorang petugas / guide dari Dinas Pariwisata Kab. Jepara.
10.00 – 12.00
Kunjungan ke Pusat Ukiran Mulyoharjo. Di tempat ini peserta camp melihat-lihat hasil kerajinan ukir Jepara, dan ada juga diantara partisipan yang membeli oleh-oleh ukiran Jepara.
12.00 – 13.30
Makan siang
13.30 – 16.30
Kunjungan ke Desa Troso. Di desa ini, peserta camp mengunjungi pabrik tenun Troso untuk melihat secara langsung proses pembuatan kain tenun Troso dan juga membeli kain tenun Troso sebagai oleh-oleh.
16.30 – 17.30
Perjalanan kembali ke lokasi camp.
17.30 – 20.00
Istirahat, mandi, dan makan malam.
20.00 – 22.00
Culture Night :
Perpisahan dengan partisipan dari Perancis
22.30
Istirahat

26 MARET 2007
Kegiatan IEYWC berlangsung, dengan susunan acara sebagai berikut :

Jam
Acara
07.00 – 08.00
Sarapan pagi dan pembuatan kelompok baru.
Peserta di bagi menjadi 3 kelompok, yaitu :
1. Kelompok Crocodile,
2. Kelompok Butterfly,
3. Kelompok Sweet Elephant,
08.00 – 10.00
Penanaman bibit, dengan rincian :
1. Kelompok Crocodile, di tanah Ibu Ngajimah
2. Kelompok Butterfly, di tanah Bpk. Tansi
3. Kelompok Sweet Elephant, di tanah Bpk. Sukri
10.00 – 10.15
Istirahat.
10.15 – 12.00
Melanjutkan penanaman pohon.
12.00 – 13.30
Makan siang dan istirahat
13.30 – 15.30
Seminar oleh Ibu Farsijana A. Risakotta dengan judul : Human Trafficking In Indonesia And The Other Part Of The World .
15.30 – 18.00
Group Discussion : Strategies To Eradicate Human Trafficking .
18.00 – 19.30
Presentasi pengalaman penanaman pohon dari Nikaragua oleh Mr. Antti
19.30 – 20.30
Makan malam
20.30
Waktu bebas dan istirahat

27 MARET 2007
Kegiatan IEYWC berlangsung, dengan susunan acara sebagai berikut :

Jam
Acara
07.00 – 08.00
Sarapan pagi dan pengumuman
08.00 – 10.00
Penanaman bibit di lahan Yayasan Penghibur
10.00 – 10.15
Istirahat.
10.15 – 12.00
Melanjutkan penanaman pohon.
12.00 – 13.30
Makan siang dan istirahat
13.30 – 15.00
Field-Observation : Unemployment & Human Migration di Desa Blingoh. Pada acara ini peserta camp bertemu dengan ibu-ibu yang pernah bekerja di luar negeri, mereka berbagi cerita tentang latar belakang, pengalaman, manfaat, dan hambatan yang mereka alami untuk dan selama bekerja di luar negeri.
15.00 – 16.00
Kembali ke lokasi camp dan istirahat.
16.00 – 18.00
Group Discussion : Unskilled Woman Migrant Workers : Happy or Unhappy?
18.00 – 20.00
Istirahat, mandi, dan makan malam.
20.00
Waktu bebas dan istirahat

28 MARET 2007
Kegiatan IEYWC berlangsung, dengan susunan acara sebagai berikut :

Jam
Acara
07.00 – 08.00
Sarapan pagi dan pengumuman
08.00 – 12.00
Waktu bebas. Hujan lebat, tidak ada penanaman bibit.
12.00 – 13.30
Makan siang dan istirahat.
13.30 – 15.30
Seminar oleh Bpk. Drs. Kisworo, M.Sc. dengan judul :
Water Conservation in Indonesia and Erosion Control.
15.30 – 16.00
Coffee break
16.00 – 18.00
Sharing antar partisipan tentang kegiatan Emmaus di negara masing-masing.
18.00 – 19.00
Istirahat.
19.00 – 20.00
Makan malam
20.00 – 21.00
Culture night, masing-masing kelompok menampilkan hasil kreasinya, diselingi dengan persembahan tari dan lagu dari kelompok / pribadi.
20.00
Waktu bebas dan istirahat

29 MARET 2007
Kegiatan IEYWC berlangsung, dengan susunan acara sebagai berikut :

Jam
Acara
07.00 – 08.00
Sarapan pagi dan pengumuman
08.00 – 12.00
- Jalan-jalan melihat air terjun lewat Desa Jugo
- Kunjungan dari murid-murid SD Negeri Jugo
12.00 – 13.30
Makan siang.
13.30 – 15.00
Seminar oleh Bpk. Ir. Henry Feriadi, dengan judul Eroding Values on Respect for Nature, Culture, and Society.
15.00 – 15.30
Coffee break
15.30 – 17.00
Group Discussion : Rebuilding Values on Respect for Nature & Culture
17.00 – 20.00
Istirahat, mandi, dan makan malam.
20.00 – 21.00
Culture Night (Barbeque Night).
21.00
Waktu bebas dan istirahat

30 MARET 2007
Kegiatan IEYWC berlangsung, dengan susunan acara sebagai berikut :

Jam
Acara
07.00 – 08.00
Sarapan pagi dan pengumuman
08.00 – 12.00
Group Consolidation :
Masing-masing kelompok membuat
1. Karangan maksimal 5 halaman tentang kegiatan IEYWC, manfaat, dan rencana selanjutnya.
2. Membuat kreasi pertunjukan yang akan ditampilkan pada acara Closing Ceremony.
12.00 – 13.30
Makan siang.
13.30 – 15.00
Planning Action : Evolving the Plan of Action of the Participant. Peserta camp dibagi menjadi 3 kelompok berdasarkan wilayah, yaitu :
1. Kelompok Jepara
2. Kelompok Semarang & Salatiga
3. Kelompok Jogja
Untuk peserta dari daerah dan negara lain menggabung dengan ketiga kelompok tersebut. Masing-masing kelompok diminta untuk membuat rencana-rencana yang akan dilakukan di masa mendatang, untuk membantu orang-orang yang memerlukan.
15.00 – 15.30
Coffee break
15.30 – 18.00
Planning Action : Masing-masing kelompok wilayah yang sudah membuat rencana yang akan dilakukan di masa mendatang mempresentasikan rencana mereka kepada Yayasan Penghibur dan Emmaus International.
18.00 – 19.30
Pembuatan inpression dan suggestion.
19.30 – 20.00
Makan malam
20.00 – 21.00
Upacara penutupan. Pada acara ini di adakan pertunjukan dari masing-masing kelompok dan anak-anak PA. Tresno Ing Siwi. Selain itu juga ada pembagian sertifikat untuk peserta.
21.00
Waktu bebas dan istirahat


31 MARET 2007
Kegiatan IEYWC berlangsung, dengan susunan acara sebagai berikut :

Jam
Acara
06.30 – 07.00
Sarapan pagi
07.00 –
Perpisahan peserta camp dan panitia, dan selanjutnya masing-masing peserta pulang ke rumah masing-masing.



Kelet, 04 April 2007
Panitia Kemah Kerja Emmaus International
(International Emmaus Youth Work Camp)


Pembuat Laporan Mengetahui,
Direktur Eksekutif



Dyan Swastikawati Daniel Sutrisno Suprapto Ismudjito


Senin, Desember 01, 2008

PERJALANAN KE BANGLADESH DALAM RANGKA MENGIKUTI EMMAUS ASIA REGIONAL ASSEMBLY

I. KEBERANGKATAN :

Saya berangkat dari YP sekitar jam 06.15 pagi, sekaligus mengantarkan anak-anak PA. TIS berangkat sekolah. Sampai di Semarang jam 09.45 pagi, dan menunggu sekitar 1 ½ jam untuk dapat check in, yang pintunya baru dibuka 30 menit menjelang penerbangan. Jam 12.05 pesawat berangkat dari Semarang dan sampai di Jakarta sekitar jam 13.15. Saya punya waktu sekitar 4 jam beristirahat di beranda terminal D2, karena penerbangan saya ke Kuala Lumpur adalah jam 18.15 malam.

Pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno – Hatta Cengkareng sekitar jam 18.20, dan sampai di Kuala Lumpur, Malaysia pukul 21.20. Di Kuala Lumpur, saya tidak perlu lama menunggu pesawat, karena setelah pengecekan keamanan, tiket, dan lain-lain, hanya tinggal sekitar 20 menit sebelum penerbangan ke Bangladesh (Dhaka), yang diberangkatkan pada jam 22.40 waktu Kuala Lumpur dan sampai di Dhaka jam 00.30 waktu Dhaka.

II. DHAKA - THANAPARA SWALLOW :
Sampai di Bandara ZIA – Dhaka, sudah ada staff Thanapara Swallow (TSDS), Mr. Mynul Sutha yang menjemput dan mengantarkan saya ke sebuah penginapan di Dhaka. Disana juga sudah ada peserta meeting dari India Selatan, yaitu :
a. Mr. Oswald Quintal dari Kudumbam – Councilor, bendahara EA;
b. Mr. Alexander S. dari FHF, World Council on Solidarity & Political Action;
c. Mr. Kamalakannan – Emmaus Asia Coummunication Secretary, dan
d. Ms. Kousalya dari VCDS, EC Member

Pagi harinya, Selasa, 11 Nopember 2008, setelah Mr. Jean Rousseau (presiden EI), dan Mr. Alain Fontaine (Kepala Sekretariat EI) datang, peserta meeting beserta Mr. Raihan, pimpinan TSDS berangkat ke Thanapara Swallow menggunakan Bus, sedangkan Mr. Mynul menjemput Ms. Moon di ZIA Airport. Perjalanan dari Dhaka ke Thanapara Swallow memerlukan waktu sekitar 5 ½ - 6 jam, dan rombongan sampai di sana sekitar jam 18.30 malam.

Yang sangat menarik bagi saya, dipinggiran Daka terdapat pusat pabrik batu-bata, yang bentuk bangunannya lebih menyerupai tobong pembakaran batu kapur. Karena bentuknya begitu berbeda dengan tempat-tempat pembuatan batu-bata yang pernah saya lihat, maka saya sempatkan untuk mengambil gambar dari dalam bus yang mengantarkan saya dan rombongan dari Dhaka ke Desa Thanapara, tempat TSDS berada.

Setelah pembagian kamar dan makan malam, kami diajak melihat video dokumentasi pemberian bantuan darurat kepada korban bencana Topan Sidr. Dalam video tersebut diperlihatkan kondisi masyarakat yang mengenaskan, pasca terjadinya bencana topan Sidr. Pohon-pohon bertumbangan, rumah-rumah rusak dan bahkan rubuh terkena angin topan. Dalam pemberian bantuan tersebut, TSDS bekerja sama dengan staff pemerintah daerah, polisi, dan juga tentara, untuk mengendalikan massa yang jumlahnya ribuan.


III. EMMAUS ASIA REGIONAL ASSEMBLY MEETING :

A. Pembukaan
Rabu, 12 November 2008, jam 09.00 pagi, EA Regional Assembly Meeting dibuka dengan upacara pengibaran bendera di SD Thanapara Swallow, yang diikuti oleh peserta meeting, staff TSDS, staff pengajar dan juga para murid dari SD tersebut. Upacara pembukaan terlaksana dengan cukup khidmat dan tertib.
Upacara pembukaan EA Reg. AssemblySetelah upacara pembukaan, Kongres Emaus Regional Asia dimulai. Acara dibuka oleh Mr. Raihan Ali, ketua TSDS, yang memaparkan sejarah dan kegiatan TSDS.

Adapun kegiatan TSDS antara lain adalah :
- Usaha handicraft, yaitu tenun tradisional Bangladesh,
- Pendidikan, yaitu TK, Sekolah Dasar, Kursus computer dan sekolah informal yang ditujukan untuk anak-anak dari keluarga yang kurang mampu.
- Pelatihan untuk wanita, yang meliputi pelatihan penjahitan, dll
- Melaksanakan proyek-proyek solidaritas.


B. MEETING
Mengenai pembahasan dalam meeting, tidak bisa saya posting, karena menyangkut 'rahasia' organisasi. Harap maklum....

Peserta EA Reg. Meeting :
Berdiri ki-ka : Mr. Alexander S, penulis, Ms. Moon Sharma, Mr. Oswald Quintal
Duduk ki-ka : Mr. Alain Fontaine, Mr. Jean Rousseau, Ms. Kousalya Sethapatty

C. KUNJUNGAN KE PROYEK-PROYEK TSDS :
Karena ada beberapa tempat yang perlu ditinjau, sementara waktu tidak memungkinkan untuk meninjau bersama-sama ke semua tempat tersebut, maka peserta meeting memilih kegiatan yang ingin dikunjungi (ada beberapa kegiatan yang tidak jadi dikunjungi, karena penyesuaian dengan peserta yang lain) dan kemudian di bagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
- Kelompok Informal School & Micro Finance : Mr. Raihan, Mr. Alain, Ms. Moon, dan Daniel.
- Kelompok Sustainable Agriculture & Micro Finance : Ms. Raihan, Mr. Jean, Mr. Oswald, Mr. Alexander, dan Ms. Kousalya.

1. KUNJUNGAN KE SEKOLAH INFORMAL TSDS :

Sekolah informal didirikan oleh TSDS (Thanapara Swallow Development Society) dengan cara menyewa sebuah bangunan dari seseorang. Bangunan ‘sekolah’ itu berdinding kayu ‘yute’ / rosella yang dilabur dengan tanah liat yang dicampur kotoran sapi. Untuk belajar, anak-anak duduk di lantai beralaskan tikar, dengan membentuk huruf U. Walaupun jika diamati, bangunan tersebut lebih tepat dibilang ‘gubug’, tetapi anak-anak mengikuti kegiatan belajar-mengajar di sekolah itu dengan penuh semangat.

Murid-murid Sekolah Informal tersebut bernyanyi dan menari untuk menyambut peserta meeting yang mengunjungi mereka. Selain itu, untuk perkenalan anak-anak juga menuliskan nama dan alamat mereka. Untuk menulis, murid-murid disana memakai pensil dan papan bercat hitam seukuran kurang lebih 2 halaman buku tulis. Memang ada buku tulis, tetapi hanya digunakan untuk PR saja.

Untuk menarik minat anak-anak supaya mau bersekolah di tempat tersebut, selain diajarkan pelajaran formal, juga ada pelajaran bernyanyi dan menari. Anak-anak bersekolah di tempat ini selama 3 tahun, dan tidak tertutup kemungkinan bagi mereka untuk melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi, setelah mereka lulus dari sekolah itu. Kegiatan belajar-mengajar diselenggarakan selama 6 hari seminggu, dari hari sabtu sampai Kamis, sedangkan hari Jumat libur.


2. KUNJUNGAN KE KELOMPOK MIKRO KREDIT :

Dari sekolah informal, kunjungan dilanjutkan ke kelompok ibu-ibu penerima kredit micro finance dari TSDS, yang mulai diselenggarakan sejak tahun 1998. Setiap kelompok terdiri dari 20 – 25 wanita. Ada 18 desa yang dilayani oleh proyek mikro kredit TSDS, dimana dalam 1 desa ada yang memiliki sampai beberapa kelompok penerima kredit dari TSDS.

Dalam setiap kelompok ada 3 orang yang menjadi pengurus, yaitu Ketua, Konseling, dan kasir. Pengurus diganti setiap 1 tahun sekali. Setiap anggota kelompok berhak untuk menerima pinjaman, yang besarnya berkisar antara 5000 – 20.000 Taka. Untuk pengembaliannya, antara 1 sampai 2 tahun. Ada 2 buku yang digunakan, yaitu buku biru untuk menabung, dan buku merah untuk meminjam. Yang diberi pinjaman hanya anggota kelompok saja, tetapi apabila ada kelebihan dana, maka dapat dipinjamkan kepada wanita yang bukan anggota kelompok.

Prosedur peminjaman uang adalah, apabila ada perempuan yang hendak meminjam uang, maka permohonan tersebut di beritahukan kepada anggota kelompok, kemudian diadakan pemungutan suara secara langsung. Apabila mayoritas anggota kelompok menyetujui dan yakin bahwa yang bersangkutan akan menggunakan pinjaman dengan baik dan sanggup untuk melunasi pinjaman, maka pinjaman dapat diberikan kepada orang tersebut, tetapi sebaliknya, apabila mayoritas anggota tidak menyetujui, maka pinjaman tidak diberikan.

Pada saat kami mengunjungi salah satu kelompok, kebetulan kelompok yang kami kunjungi baru saja selesai mengadakan pertemuan untuk memilih pemimpin mereka. Selain itu, juga ada yang ingin meminjam uang. Anggota kelompok berdiskusi, dan akhirnya diputuskan untuk memberikan pinjaman, karena yang bersangkutan akan menggunakan pinjaman tersebut untuk modal bertanam. Setelah panen, maka dia akan mengembalikan pinjamannya. Tujuan penggunaan uang pinjaman antara lain adalah untuk keperluan sehari-hari, membeli peralatan rumah tangga, dan juga untuk modal usaha, beternak, bertani, dll.

Kelompok pria dan wanita dipisahkan. Pria tidak bisa meminjam kepada kelompok wanita, dan sebaliknya wanita juga tidak boleh meminjam kepada kelompok pria. Apabila ada yang ingin meminjam silang, biasanya meminta istri / suami untuk melakukannya. Apabila ada yang tidak dapat melunasi pinjaman tepat waktu, masiah diberi waktu sampai 10 hari untuk melunasinya. Hutang dibayar bulanan dengan bunga pinjaman yang 12 % pertahun.

Proyek mikro kredit TSDS berbeda dengan Grameen Bank. Perbedaannya adalah, pada proyek TSDS, apabila ada yang tidak dapat membayar tepat waktu masih diberi waktu sampai 10 hari, tetapi pada Grameen bank hanya diberi waktu sampai jam 24.00 pada hari pelunasan. Jika tidak dapat melunasinya, maka pihak Grameen Bank akan menyita barang-barang sebagai pengganti pelunasan.

3. KUNJUNGAN KE PABRIK KAIN TENUN & SEKOLAH TSDS.

Dalam kunjungan ini, peserta meeting diajak berkeliling pabrik tenun tradisional TSDS. Mr. Raihan Ali memberikan penjelasan kepada kami tentang proses pembuatan kain tenun dengan menggunakan metode dan mesin tradisional. Selain berkunjung, peserta meeting juga menyempatkan diri untuk berbelanja di show room pabrik ini. Ada berbagai jenis kain yang diproduksi, yang mana semuanya dibuat dari bahan alami, bukan sintetis.

Dari pabrik kain tenun tradisional, rombongan kemudian mengunjungi sekolah Thanapara Swallows, yang berada di samping pabrik. Di lokasi sekolah ini terdapat TK dan SD Thanapara Swallows. Saat kami berkunjung, murid TK sudah pulang dan sebagian ada yang menerima imunisasi, yang diberikan oleh seorang relawan dari USA. Sedangkan untuk Sekolah Dasar TSDS belum pulang, dan kami bisa melihat proses belajar-mengajar di sekolah tersebut.


4. MELIHAT SUNGAI PERBATASAN INDIA – BANGLADESH.

Sungai ini terletak kira-kira 300 meter dari TSDS. Dari TSDS rombongan berjalan kaki melewati ladang warga desa Thanapara. Ladang ini kebanyakan ditanami dengan bit dan tebu, selain sayur-sayuran dan padi.

Di sebuah kebun tebu, kami dapat menyaksikan warga yang sedang membuat gula merah dari tebu. Cara pembuatannya tidak jauh berbeda dengan cara pembuatan gula aren. Tebu digiling menggunakan tenaga diesel, kemudian air sari tebu tersebut di masak di dalam sebuah drum yang telah dibelah menjadi 2. Sari tebu yang telah mengental dan berwarna mirip dengan gula merah kemudian dimasukkan ke dalam cetakan. Setelah cetakan kering, kemudian diambil dan dijual ke pasar.


5. KUNJUNGAN KE AKADEMI KEPOLISIAN.
Dalam kunjungan ini, 2 orang staff TSDS mengantarkan para peserta rapat untuk berkeliling kompleks Akademi Kepolisian yang terletak di sebelah komplek TSDS. Selain itu kami juga melihat lokasi pembantaian dan kuburan massal warga Bangladesh, terutama yang berasal dari Desa Thanapara, desa dimana TSDS berada.


V. PERJALANAN PULANG.
Pada hari Jumat, 14 Nopember 2008, sekitar jam 12.00 waktu setempat, saya dan Mr. Alain Fontaine berangkat ke Dhaka dengan diantarkan oleh Mr. Debh Kumar Nath, salah seorang staff TSDS. Dengan menggunakan bus yang sama dengan yang kami tumpangi saat kami datang ke Thanapara, kami pergi ke Dhaka.

Seperti saat saya berangkat ke Thanapara, pemandangan yang sama, yang sangat menakjubkan (karena indah dan belum pernah saya lihat), membuat saya asyik menikmati perjalanan. Hal ini membuat perjalanan selama hampir 6 jam terasa jauh lebih singkat. Bus sampai di Dhaka sekitar jam 17.45. Dari tempat pemberhentian bus, kami melanjutkan perjalanan menggunakan bajaj Bangladesh. Agak berbeda dengan bajaj India (yang mirip dengan bajaj Indonesia), bajaj bangladesh kelihatan lebih jantan, dengan warna dasar hijau tua.

Rencana awal, sebenarnya Mr. Deb mengantar saya dulu ke penginapan, karena penerbangan saya jam 01.40 dinihari, baru kemudian mengantar Mr. Alain ke bandara. Tetapi karena penginapan yang terletak di dalam gang-gang dan sulit dicari, maka akhirnya kami memutuskan untuk mengantarkan Mr. Alain lebih dahulu, karena pesawatnya berangkat menuju Abu Dhabi pada jam 19.00.

Dari ZIA airport, saya dan Mr. Deb berjalan kaki menuju kota, kemudian perjalanan kami lanjutkan dengan menggunakan bus kota. Setelah 2 kali berganti bus dan kaki sudah capai jalan (sebelumnya memang kami memutuskan untuk menikmati keramaian kota sambil berjalan kaki) akhirnya saya dan Mr. Deb memilih untuk menggunakan becak sampai ke penginapan. Ini juga pengalaman yang menyenangkan, karena bentuk becak Bangladesh jauh berbeda dengan becak Indonesia.

Jam 22.15 saya dan Mr. Debh berangkat ke ZIA airport dengan menggunakan bajaj, karena pesawat yang saya tumpangi akan berangkat pada 01.40 dinihari. Pesawat sampai di KL Airport sekitar jam 07.20 pagi. Sebenarnya penerbangan saya selanjutnya ke Jakarta adalah jam 09.10, tetapi karena pesawat datang terlambat, maka ditunda selama 20 menit dan baru sampai di Jakarta jam 10.25 pagi.

Dari Bandara Soekarno Hatta – Cengkareng, jam 14.20, pesawat berangkat menuju Semarang, dan sampai di Bandara A. Yani sekitar jam 15.10. Sebenarnya, rencana awal saya akan langsung pulang ke YP, tetapi bus baru sampai Kudus jam enam lebih. Dengan pertimbangan pada jam tersebut tidak ada bus ke Kelet, maka saya memutuskan untuk menginap di Kudus.

Paginya, jam 06.10 saya berangkat dari Terminal Kudus, dengan harapan samapi Kelet agak pagi. Tetapi, di perjalanan ada sedikit masalah. Baru saja keluar dari jalan lingkar Kudus, bus dicegat orang yang ingin mencarter bus untuk membawa rombongan pekerja ke Surabaya. Namun, saat sampai ditempat rombongan menunggu ternyata masih banyak yang belum datang. Akibatnya, kami harus menunggu mereka selama lebih dari 45 menit. Setelah beberapa penumpang dari Semarang komplain, bus baru diberangkatkan.

Saat bus baru sampai di pertigaan jalan besar, sopir menghentikan bus dengan alasan ban bocor. Tetapi yang saya lihat, ban tidak kempes. Mungkin awak bus mencopot ban agar mempunyai alasan untuk menunggu penumpang carteran yang belum datang, karena pertigaan tersebut juga tempat penumpang carteran menunggu.

Karena kesal menunggu terlalu lama, akhirnya saya dan penumpang dari Semarang yang lain meminta untuk pindah bus saja, sementara ada 3 orang ibu-ibu yang melaporkan sopir bus tersebut kepada polisi. Saat bus tempat saya di oper berangkat, ada 2 orang polisi yang mendatangi bus ‘nakal’ tersebut. Oleh karena gangguan diperjalanan ini, dari rencana sampai di YP jam 09.00 pagi, saya baru sampai jam 10.25.


Kelet, 25 Nopember 2008

YAYASAN PENGHIBUR