Senin, Desember 01, 2008

PERJALANAN KE BANGLADESH DALAM RANGKA MENGIKUTI EMMAUS ASIA REGIONAL ASSEMBLY

I. KEBERANGKATAN :

Saya berangkat dari YP sekitar jam 06.15 pagi, sekaligus mengantarkan anak-anak PA. TIS berangkat sekolah. Sampai di Semarang jam 09.45 pagi, dan menunggu sekitar 1 ½ jam untuk dapat check in, yang pintunya baru dibuka 30 menit menjelang penerbangan. Jam 12.05 pesawat berangkat dari Semarang dan sampai di Jakarta sekitar jam 13.15. Saya punya waktu sekitar 4 jam beristirahat di beranda terminal D2, karena penerbangan saya ke Kuala Lumpur adalah jam 18.15 malam.

Pesawat lepas landas dari Bandara Soekarno – Hatta Cengkareng sekitar jam 18.20, dan sampai di Kuala Lumpur, Malaysia pukul 21.20. Di Kuala Lumpur, saya tidak perlu lama menunggu pesawat, karena setelah pengecekan keamanan, tiket, dan lain-lain, hanya tinggal sekitar 20 menit sebelum penerbangan ke Bangladesh (Dhaka), yang diberangkatkan pada jam 22.40 waktu Kuala Lumpur dan sampai di Dhaka jam 00.30 waktu Dhaka.

II. DHAKA - THANAPARA SWALLOW :
Sampai di Bandara ZIA – Dhaka, sudah ada staff Thanapara Swallow (TSDS), Mr. Mynul Sutha yang menjemput dan mengantarkan saya ke sebuah penginapan di Dhaka. Disana juga sudah ada peserta meeting dari India Selatan, yaitu :
a. Mr. Oswald Quintal dari Kudumbam – Councilor, bendahara EA;
b. Mr. Alexander S. dari FHF, World Council on Solidarity & Political Action;
c. Mr. Kamalakannan – Emmaus Asia Coummunication Secretary, dan
d. Ms. Kousalya dari VCDS, EC Member

Pagi harinya, Selasa, 11 Nopember 2008, setelah Mr. Jean Rousseau (presiden EI), dan Mr. Alain Fontaine (Kepala Sekretariat EI) datang, peserta meeting beserta Mr. Raihan, pimpinan TSDS berangkat ke Thanapara Swallow menggunakan Bus, sedangkan Mr. Mynul menjemput Ms. Moon di ZIA Airport. Perjalanan dari Dhaka ke Thanapara Swallow memerlukan waktu sekitar 5 ½ - 6 jam, dan rombongan sampai di sana sekitar jam 18.30 malam.

Yang sangat menarik bagi saya, dipinggiran Daka terdapat pusat pabrik batu-bata, yang bentuk bangunannya lebih menyerupai tobong pembakaran batu kapur. Karena bentuknya begitu berbeda dengan tempat-tempat pembuatan batu-bata yang pernah saya lihat, maka saya sempatkan untuk mengambil gambar dari dalam bus yang mengantarkan saya dan rombongan dari Dhaka ke Desa Thanapara, tempat TSDS berada.

Setelah pembagian kamar dan makan malam, kami diajak melihat video dokumentasi pemberian bantuan darurat kepada korban bencana Topan Sidr. Dalam video tersebut diperlihatkan kondisi masyarakat yang mengenaskan, pasca terjadinya bencana topan Sidr. Pohon-pohon bertumbangan, rumah-rumah rusak dan bahkan rubuh terkena angin topan. Dalam pemberian bantuan tersebut, TSDS bekerja sama dengan staff pemerintah daerah, polisi, dan juga tentara, untuk mengendalikan massa yang jumlahnya ribuan.


III. EMMAUS ASIA REGIONAL ASSEMBLY MEETING :

A. Pembukaan
Rabu, 12 November 2008, jam 09.00 pagi, EA Regional Assembly Meeting dibuka dengan upacara pengibaran bendera di SD Thanapara Swallow, yang diikuti oleh peserta meeting, staff TSDS, staff pengajar dan juga para murid dari SD tersebut. Upacara pembukaan terlaksana dengan cukup khidmat dan tertib.
Upacara pembukaan EA Reg. AssemblySetelah upacara pembukaan, Kongres Emaus Regional Asia dimulai. Acara dibuka oleh Mr. Raihan Ali, ketua TSDS, yang memaparkan sejarah dan kegiatan TSDS.

Adapun kegiatan TSDS antara lain adalah :
- Usaha handicraft, yaitu tenun tradisional Bangladesh,
- Pendidikan, yaitu TK, Sekolah Dasar, Kursus computer dan sekolah informal yang ditujukan untuk anak-anak dari keluarga yang kurang mampu.
- Pelatihan untuk wanita, yang meliputi pelatihan penjahitan, dll
- Melaksanakan proyek-proyek solidaritas.


B. MEETING
Mengenai pembahasan dalam meeting, tidak bisa saya posting, karena menyangkut 'rahasia' organisasi. Harap maklum....

Peserta EA Reg. Meeting :
Berdiri ki-ka : Mr. Alexander S, penulis, Ms. Moon Sharma, Mr. Oswald Quintal
Duduk ki-ka : Mr. Alain Fontaine, Mr. Jean Rousseau, Ms. Kousalya Sethapatty

C. KUNJUNGAN KE PROYEK-PROYEK TSDS :
Karena ada beberapa tempat yang perlu ditinjau, sementara waktu tidak memungkinkan untuk meninjau bersama-sama ke semua tempat tersebut, maka peserta meeting memilih kegiatan yang ingin dikunjungi (ada beberapa kegiatan yang tidak jadi dikunjungi, karena penyesuaian dengan peserta yang lain) dan kemudian di bagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
- Kelompok Informal School & Micro Finance : Mr. Raihan, Mr. Alain, Ms. Moon, dan Daniel.
- Kelompok Sustainable Agriculture & Micro Finance : Ms. Raihan, Mr. Jean, Mr. Oswald, Mr. Alexander, dan Ms. Kousalya.

1. KUNJUNGAN KE SEKOLAH INFORMAL TSDS :

Sekolah informal didirikan oleh TSDS (Thanapara Swallow Development Society) dengan cara menyewa sebuah bangunan dari seseorang. Bangunan ‘sekolah’ itu berdinding kayu ‘yute’ / rosella yang dilabur dengan tanah liat yang dicampur kotoran sapi. Untuk belajar, anak-anak duduk di lantai beralaskan tikar, dengan membentuk huruf U. Walaupun jika diamati, bangunan tersebut lebih tepat dibilang ‘gubug’, tetapi anak-anak mengikuti kegiatan belajar-mengajar di sekolah itu dengan penuh semangat.

Murid-murid Sekolah Informal tersebut bernyanyi dan menari untuk menyambut peserta meeting yang mengunjungi mereka. Selain itu, untuk perkenalan anak-anak juga menuliskan nama dan alamat mereka. Untuk menulis, murid-murid disana memakai pensil dan papan bercat hitam seukuran kurang lebih 2 halaman buku tulis. Memang ada buku tulis, tetapi hanya digunakan untuk PR saja.

Untuk menarik minat anak-anak supaya mau bersekolah di tempat tersebut, selain diajarkan pelajaran formal, juga ada pelajaran bernyanyi dan menari. Anak-anak bersekolah di tempat ini selama 3 tahun, dan tidak tertutup kemungkinan bagi mereka untuk melanjutkan sekolah ke tingkat yang lebih tinggi, setelah mereka lulus dari sekolah itu. Kegiatan belajar-mengajar diselenggarakan selama 6 hari seminggu, dari hari sabtu sampai Kamis, sedangkan hari Jumat libur.


2. KUNJUNGAN KE KELOMPOK MIKRO KREDIT :

Dari sekolah informal, kunjungan dilanjutkan ke kelompok ibu-ibu penerima kredit micro finance dari TSDS, yang mulai diselenggarakan sejak tahun 1998. Setiap kelompok terdiri dari 20 – 25 wanita. Ada 18 desa yang dilayani oleh proyek mikro kredit TSDS, dimana dalam 1 desa ada yang memiliki sampai beberapa kelompok penerima kredit dari TSDS.

Dalam setiap kelompok ada 3 orang yang menjadi pengurus, yaitu Ketua, Konseling, dan kasir. Pengurus diganti setiap 1 tahun sekali. Setiap anggota kelompok berhak untuk menerima pinjaman, yang besarnya berkisar antara 5000 – 20.000 Taka. Untuk pengembaliannya, antara 1 sampai 2 tahun. Ada 2 buku yang digunakan, yaitu buku biru untuk menabung, dan buku merah untuk meminjam. Yang diberi pinjaman hanya anggota kelompok saja, tetapi apabila ada kelebihan dana, maka dapat dipinjamkan kepada wanita yang bukan anggota kelompok.

Prosedur peminjaman uang adalah, apabila ada perempuan yang hendak meminjam uang, maka permohonan tersebut di beritahukan kepada anggota kelompok, kemudian diadakan pemungutan suara secara langsung. Apabila mayoritas anggota kelompok menyetujui dan yakin bahwa yang bersangkutan akan menggunakan pinjaman dengan baik dan sanggup untuk melunasi pinjaman, maka pinjaman dapat diberikan kepada orang tersebut, tetapi sebaliknya, apabila mayoritas anggota tidak menyetujui, maka pinjaman tidak diberikan.

Pada saat kami mengunjungi salah satu kelompok, kebetulan kelompok yang kami kunjungi baru saja selesai mengadakan pertemuan untuk memilih pemimpin mereka. Selain itu, juga ada yang ingin meminjam uang. Anggota kelompok berdiskusi, dan akhirnya diputuskan untuk memberikan pinjaman, karena yang bersangkutan akan menggunakan pinjaman tersebut untuk modal bertanam. Setelah panen, maka dia akan mengembalikan pinjamannya. Tujuan penggunaan uang pinjaman antara lain adalah untuk keperluan sehari-hari, membeli peralatan rumah tangga, dan juga untuk modal usaha, beternak, bertani, dll.

Kelompok pria dan wanita dipisahkan. Pria tidak bisa meminjam kepada kelompok wanita, dan sebaliknya wanita juga tidak boleh meminjam kepada kelompok pria. Apabila ada yang ingin meminjam silang, biasanya meminta istri / suami untuk melakukannya. Apabila ada yang tidak dapat melunasi pinjaman tepat waktu, masiah diberi waktu sampai 10 hari untuk melunasinya. Hutang dibayar bulanan dengan bunga pinjaman yang 12 % pertahun.

Proyek mikro kredit TSDS berbeda dengan Grameen Bank. Perbedaannya adalah, pada proyek TSDS, apabila ada yang tidak dapat membayar tepat waktu masih diberi waktu sampai 10 hari, tetapi pada Grameen bank hanya diberi waktu sampai jam 24.00 pada hari pelunasan. Jika tidak dapat melunasinya, maka pihak Grameen Bank akan menyita barang-barang sebagai pengganti pelunasan.

3. KUNJUNGAN KE PABRIK KAIN TENUN & SEKOLAH TSDS.

Dalam kunjungan ini, peserta meeting diajak berkeliling pabrik tenun tradisional TSDS. Mr. Raihan Ali memberikan penjelasan kepada kami tentang proses pembuatan kain tenun dengan menggunakan metode dan mesin tradisional. Selain berkunjung, peserta meeting juga menyempatkan diri untuk berbelanja di show room pabrik ini. Ada berbagai jenis kain yang diproduksi, yang mana semuanya dibuat dari bahan alami, bukan sintetis.

Dari pabrik kain tenun tradisional, rombongan kemudian mengunjungi sekolah Thanapara Swallows, yang berada di samping pabrik. Di lokasi sekolah ini terdapat TK dan SD Thanapara Swallows. Saat kami berkunjung, murid TK sudah pulang dan sebagian ada yang menerima imunisasi, yang diberikan oleh seorang relawan dari USA. Sedangkan untuk Sekolah Dasar TSDS belum pulang, dan kami bisa melihat proses belajar-mengajar di sekolah tersebut.


4. MELIHAT SUNGAI PERBATASAN INDIA – BANGLADESH.

Sungai ini terletak kira-kira 300 meter dari TSDS. Dari TSDS rombongan berjalan kaki melewati ladang warga desa Thanapara. Ladang ini kebanyakan ditanami dengan bit dan tebu, selain sayur-sayuran dan padi.

Di sebuah kebun tebu, kami dapat menyaksikan warga yang sedang membuat gula merah dari tebu. Cara pembuatannya tidak jauh berbeda dengan cara pembuatan gula aren. Tebu digiling menggunakan tenaga diesel, kemudian air sari tebu tersebut di masak di dalam sebuah drum yang telah dibelah menjadi 2. Sari tebu yang telah mengental dan berwarna mirip dengan gula merah kemudian dimasukkan ke dalam cetakan. Setelah cetakan kering, kemudian diambil dan dijual ke pasar.


5. KUNJUNGAN KE AKADEMI KEPOLISIAN.
Dalam kunjungan ini, 2 orang staff TSDS mengantarkan para peserta rapat untuk berkeliling kompleks Akademi Kepolisian yang terletak di sebelah komplek TSDS. Selain itu kami juga melihat lokasi pembantaian dan kuburan massal warga Bangladesh, terutama yang berasal dari Desa Thanapara, desa dimana TSDS berada.


V. PERJALANAN PULANG.
Pada hari Jumat, 14 Nopember 2008, sekitar jam 12.00 waktu setempat, saya dan Mr. Alain Fontaine berangkat ke Dhaka dengan diantarkan oleh Mr. Debh Kumar Nath, salah seorang staff TSDS. Dengan menggunakan bus yang sama dengan yang kami tumpangi saat kami datang ke Thanapara, kami pergi ke Dhaka.

Seperti saat saya berangkat ke Thanapara, pemandangan yang sama, yang sangat menakjubkan (karena indah dan belum pernah saya lihat), membuat saya asyik menikmati perjalanan. Hal ini membuat perjalanan selama hampir 6 jam terasa jauh lebih singkat. Bus sampai di Dhaka sekitar jam 17.45. Dari tempat pemberhentian bus, kami melanjutkan perjalanan menggunakan bajaj Bangladesh. Agak berbeda dengan bajaj India (yang mirip dengan bajaj Indonesia), bajaj bangladesh kelihatan lebih jantan, dengan warna dasar hijau tua.

Rencana awal, sebenarnya Mr. Deb mengantar saya dulu ke penginapan, karena penerbangan saya jam 01.40 dinihari, baru kemudian mengantar Mr. Alain ke bandara. Tetapi karena penginapan yang terletak di dalam gang-gang dan sulit dicari, maka akhirnya kami memutuskan untuk mengantarkan Mr. Alain lebih dahulu, karena pesawatnya berangkat menuju Abu Dhabi pada jam 19.00.

Dari ZIA airport, saya dan Mr. Deb berjalan kaki menuju kota, kemudian perjalanan kami lanjutkan dengan menggunakan bus kota. Setelah 2 kali berganti bus dan kaki sudah capai jalan (sebelumnya memang kami memutuskan untuk menikmati keramaian kota sambil berjalan kaki) akhirnya saya dan Mr. Deb memilih untuk menggunakan becak sampai ke penginapan. Ini juga pengalaman yang menyenangkan, karena bentuk becak Bangladesh jauh berbeda dengan becak Indonesia.

Jam 22.15 saya dan Mr. Debh berangkat ke ZIA airport dengan menggunakan bajaj, karena pesawat yang saya tumpangi akan berangkat pada 01.40 dinihari. Pesawat sampai di KL Airport sekitar jam 07.20 pagi. Sebenarnya penerbangan saya selanjutnya ke Jakarta adalah jam 09.10, tetapi karena pesawat datang terlambat, maka ditunda selama 20 menit dan baru sampai di Jakarta jam 10.25 pagi.

Dari Bandara Soekarno Hatta – Cengkareng, jam 14.20, pesawat berangkat menuju Semarang, dan sampai di Bandara A. Yani sekitar jam 15.10. Sebenarnya, rencana awal saya akan langsung pulang ke YP, tetapi bus baru sampai Kudus jam enam lebih. Dengan pertimbangan pada jam tersebut tidak ada bus ke Kelet, maka saya memutuskan untuk menginap di Kudus.

Paginya, jam 06.10 saya berangkat dari Terminal Kudus, dengan harapan samapi Kelet agak pagi. Tetapi, di perjalanan ada sedikit masalah. Baru saja keluar dari jalan lingkar Kudus, bus dicegat orang yang ingin mencarter bus untuk membawa rombongan pekerja ke Surabaya. Namun, saat sampai ditempat rombongan menunggu ternyata masih banyak yang belum datang. Akibatnya, kami harus menunggu mereka selama lebih dari 45 menit. Setelah beberapa penumpang dari Semarang komplain, bus baru diberangkatkan.

Saat bus baru sampai di pertigaan jalan besar, sopir menghentikan bus dengan alasan ban bocor. Tetapi yang saya lihat, ban tidak kempes. Mungkin awak bus mencopot ban agar mempunyai alasan untuk menunggu penumpang carteran yang belum datang, karena pertigaan tersebut juga tempat penumpang carteran menunggu.

Karena kesal menunggu terlalu lama, akhirnya saya dan penumpang dari Semarang yang lain meminta untuk pindah bus saja, sementara ada 3 orang ibu-ibu yang melaporkan sopir bus tersebut kepada polisi. Saat bus tempat saya di oper berangkat, ada 2 orang polisi yang mendatangi bus ‘nakal’ tersebut. Oleh karena gangguan diperjalanan ini, dari rencana sampai di YP jam 09.00 pagi, saya baru sampai jam 10.25.


Kelet, 25 Nopember 2008

YAYASAN PENGHIBUR

Tidak ada komentar:

Posting Komentar