Saya berangkat dari YP sekitar jam 06.15 pagi, sekaligus mengantarkan anak-anak PA. TIS berangkat sekolah. Sampai di Semarang jam 09.45 pagi, dan menunggu sekitar 1 ½ jam untuk dapat check in, yang pintunya baru dibuka 30 menit menjelang penerbangan. Jam 12.05 pesawat berangkat dari Semarang dan sampai di Jakarta sekitar jam 13.15. Saya punya waktu sekitar 4 jam beristirahat di beranda terminal D2, karena penerbangan saya ke Kuala Lumpur adalah jam 18.15 malam.

II. DHAKA - THANAPARA SWALLOW :
Sampai di Bandara ZIA – Dhaka, sudah ada staff Thanapara Swallow (TSDS), Mr. Mynul Sutha yang menjemput dan mengantarkan saya ke sebuah penginapan di Dhaka. Disana juga sudah ada peserta meeting dari India Selatan, yaitu :
a. Mr. Oswald Quintal dari Kudumbam – Councilor, bendahara EA;
b. Mr. Alexander S. dari FHF, World Council on Solidarity & Political Action;
c. Mr. Kamalakannan – Emmaus Asia Coummunication Secretary, dan
d. Ms. Kousalya dari VCDS, EC Member
Pagi harinya, Selasa, 11 Nopember 2008, setelah Mr. Jean Rousseau (presiden EI), dan Mr. Alain Fontaine (Kepala Sekretariat EI) datang, peserta meeting beserta Mr. Raihan, pimpinan TSDS berangkat ke Thanapara Swallow menggunakan Bus, sedangkan Mr. Mynul menjemput Ms. Moon di ZIA Airport. Perjalanan dari Dhaka ke Thanapara Swallow memerlukan waktu sekitar 5 ½ - 6 jam, dan rombongan sampai di sana sekitar jam 18.30 malam.
Yang sangat menarik bagi saya, dipinggiran Daka terdapat pusat pabrik batu-bata, yang bentuk bangunannya lebih menyerupai tobong pembakaran batu kapur. Karena bentuknya begitu berbeda dengan tempat-tempat pembuatan batu-bata yang pernah saya lihat, maka saya sempatkan untuk mengambil gambar dari dalam bus yang mengantarkan saya dan rombongan dari Dhaka ke Desa Thanapara, tempat TSDS berada.
Setelah pembagian kamar dan makan malam, kami diajak melihat video dokumentasi pemberian bantuan darurat kepada korban bencana Topan Sidr. Dalam video tersebut diperlihatkan kondisi masyarakat yang mengenaskan, pasca terjadinya bencana topan Sidr. Pohon-pohon bertumbangan, rumah-rumah rusak dan bahkan rubuh terkena angin topan. Dalam pemberian bantuan tersebut, TSDS bekerja sama dengan staff pemerintah daerah, polisi, dan juga tentara, untuk mengendalikan massa yang jumlahnya ribuan.
III. EMMAUS ASIA REGIONAL ASSEMBLY MEETING :
A. Pembukaan
Rabu, 12 November 2008, jam 09.00 pagi, EA Regional Assembly Meeting dibuka dengan upacara pengibaran bendera di SD Thanapara Swallow, yang diikuti oleh peserta meeting, staff TSDS, staff pengajar dan juga para murid dari SD tersebut. Upacara pembukaan terlaksana dengan cukup khidmat dan tertib.
Upacara pembukaan EA Reg. AssemblySetelah upacara pembukaan, Kongres Emaus Regional Asia dimulai. Acara dibuka oleh Mr. Raihan Ali, ketua TSDS, yang memaparkan sejarah dan kegiatan TSDS.
Adapun kegiatan TSDS antara lain adalah :
- Usaha handicraft, yaitu tenun tradisional Bangladesh,
- Pendidikan, yaitu TK, Sekolah Dasar, Kursus computer dan sekolah informal yang ditujukan untuk anak-anak dari keluarga yang kurang mampu.
- Pelatihan untuk wanita, yang meliputi pelatihan penjahitan, dll
- Melaksanakan proyek-proyek solidaritas.
B. MEETING
Mengenai pembahasan dalam meeting, tidak bisa saya posting, karena menyangkut 'rahasia' organisasi. Harap maklum....
C. KUNJUNGAN KE PROYEK-PROYEK TSDS :
Karena ada beberapa tempat yang perlu ditinjau, sementara waktu tidak memungkinkan untuk meninjau bersama-sama ke semua tempat tersebut, maka peserta meeting memilih kegiatan yang ingin dikunjungi (ada beberapa kegiatan yang tidak jadi dikunjungi, karena penyesuaian dengan peserta yang lain) dan kemudian di bagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
- Kelompok Informal School & Micro Finance : Mr. Raihan, Mr. Alain, Ms. Moon, dan Daniel.
- Kelompok Sustainable Agriculture & Micro Finance : Ms. Raihan, Mr. Jean, Mr. Oswald, Mr. Alexander, dan Ms. Kousalya.

Murid-murid Sekolah Informal tersebut bernyanyi dan menari untuk menyambut peserta meeting yang mengunjungi mereka. Selain itu, untuk perkenalan anak-anak juga menuliskan nama dan alamat mereka. Untuk menulis, murid-murid disana memakai pensil dan papan bercat hitam seukuran kurang lebih 2 halaman buku tulis. Memang ada buku tulis, tetapi hanya digunakan untuk PR saja.
2. KUNJUNGAN KE KELOMPOK MIKRO KREDIT :
Dari sekolah informal, kunjungan dilanjutkan ke kelompok ibu-ibu penerima kredit micro finance dari TSDS, yang mulai diselenggarakan sejak tahun 1998. Setiap kelompok terdiri dari 20 – 25 wanita. Ada 18 desa yang dilayani oleh proyek mikro kredit TSDS, dimana dalam 1 desa ada yang memiliki sampai beberapa kelompok penerima kredit dari TSDS.
Prosedur peminjaman uang adalah, apabila ada perempuan yang hendak meminjam uang, maka permohonan tersebut di beritahukan kepada anggota kelompok, kemudian diadakan pemungutan suara secara langsung. Apabila mayoritas anggota kelompok menyetujui dan yakin bahwa yang bersangkutan akan menggunakan pinjaman dengan baik dan sanggup untuk melunasi pinjaman, maka pinjaman dapat diberikan kepada orang tersebut, tetapi sebaliknya, apabila mayoritas anggota tidak menyetujui, maka pinjaman tidak diberikan.
Kelompok pria dan wanita dipisahkan. Pria tidak bisa meminjam kepada kelompok wanita, dan sebaliknya wanita juga tidak boleh meminjam kepada kelompok pria. Apabila ada yang ingin meminjam silang, biasanya meminta istri / suami untuk melakukannya. Apabila ada yang tidak dapat melunasi pinjaman tepat waktu, masiah diberi waktu sampai 10 hari untuk melunasinya. Hutang dibayar bulanan dengan bunga pinjaman yang 12 % pertahun.
3. KUNJUNGAN KE PABRIK KAIN TENUN & SEKOLAH TSDS.

Dari pabrik kain tenun tradisional, rombongan kemudian mengunjungi sekolah Thanapara Swallows, yang berada di samping pabrik. Di lokasi sekolah ini terdapat TK dan SD Thanapara Swallows. Saat kami berkunjung, murid TK sudah pulang dan sebagian ada yang menerima imunisasi, yang diberikan oleh seorang relawan dari USA. Sedangkan untuk Sekolah Dasar TSDS belum pulang, dan kami bisa melihat proses belajar-mengajar di sekolah tersebut.
4. MELIHAT SUNGAI PERBATASAN INDIA – BANGLADESH.

Di sebuah kebun tebu, kami dapat menyaksikan warga yang sedang membuat gula merah dari tebu. Cara pembuatannya tidak jauh berbeda dengan cara pembuatan gula aren. Tebu digiling menggunakan tenaga diesel, kemudian air sari tebu tersebut di masak di dalam sebuah drum yang telah dibelah menjadi 2. Sari tebu yang telah mengental dan berwarna mirip dengan gula merah kemudian dimasukkan ke dalam cetakan. Setelah cetakan kering, kemudian diambil dan dijual ke pasar.
5. KUNJUNGAN KE AKADEMI KEPOLISIAN.
Dalam kunjungan ini, 2 orang staff TSDS mengantarkan para peserta rapat untuk berkeliling kompleks Akademi Kepolisian yang terletak di sebelah komplek TSDS. Selain itu kami juga melihat lokasi pembantaian dan kuburan massal warga Bangladesh, terutama yang berasal dari Desa Thanapara, desa dimana TSDS berada.
V. PERJALANAN PULANG.Pada hari Jumat, 14 Nopember 2008, sekitar jam 12.00 waktu setempat, saya dan Mr. Alain Fontaine berangkat ke Dhaka dengan diantarkan oleh Mr. Debh Kumar Nath, salah seorang staff TSDS. Dengan menggunakan bus yang sama dengan yang kami tumpangi saat kami datang ke Thanapara, kami pergi ke Dhaka.
Rencana awal, sebenarnya Mr. Deb mengantar saya dulu ke penginapan, karena penerbangan saya jam 01.40 dinihari, baru kemudian mengantar Mr. Alain ke bandara. Tetapi karena penginapan yang terletak di dalam gang-gang dan sulit dicari, maka akhirnya kami memutuskan untuk mengantarkan Mr. Alain lebih dahulu, karena pesawatnya berangkat menuju Abu Dhabi pada jam 19.00.
Jam 22.15 saya dan Mr. Debh berangkat ke ZIA airport dengan menggunakan bajaj, karena pesawat yang saya tumpangi akan berangkat pada 01.40 dinihari. Pesawat sampai di KL Airport sekitar jam 07.20 pagi. Sebenarnya penerbangan saya selanjutnya ke Jakarta adalah jam 09.10, tetapi karena pesawat datang terlambat, maka ditunda selama 20 menit dan baru sampai di Jakarta jam 10.25 pagi.
Paginya, jam 06.10 saya berangkat dari Terminal Kudus, dengan harapan samapi Kelet agak pagi. Tetapi, di perjalanan ada sedikit masalah. Baru saja keluar dari jalan lingkar Kudus, bus dicegat orang yang ingin mencarter bus untuk membawa rombongan pekerja ke Surabaya. Namun, saat sampai ditempat rombongan menunggu ternyata masih banyak yang belum datang. Akibatnya, kami harus menunggu mereka selama lebih dari 45 menit. Setelah beberapa penumpang dari Semarang komplain, bus baru diberangkatkan.
Karena kesal menunggu terlalu lama, akhirnya saya dan penumpang dari Semarang yang lain meminta untuk pindah bus saja, sementara ada 3 orang ibu-ibu yang melaporkan sopir bus tersebut kepada polisi. Saat bus tempat saya di oper berangkat, ada 2 orang polisi yang mendatangi bus ‘nakal’ tersebut. Oleh karena gangguan diperjalanan ini, dari rencana sampai di YP jam 09.00 pagi, saya baru sampai jam 10.25.
Kelet, 25 Nopember 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar